Jakarta, TAMBANG – PT PLN (Persero) melakukan kerja sama pendanaan sebesar USD380 juta dari USD610 juta yang direncanakan untuk mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan dengan total kapasitas 1.040 megawatt (MW) yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung dan Cianjur, Jawa Barat.
Komitmen pendanaan ini ditandai dengan penandatanganan Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP) yang diselenggarakan di auditorium PLN Kantor Pusat, antara PLN dengan pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Keuangan lewat denah persetujuanpenerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA) pada Senin, 14 Maret 2022.
Direktur Jenderal Perbendaharaan, Hadiyanto menyampaikan bagan penerusan pertolongan ini merupakan yang pertama bagi PLN dalam enam tahun belakangan. Terakhir kali PLN menandatangani SLA pada 2016.
Menurut Hadiyanto, kreditur akomodasi santunan tersebut adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang ialah bagian dari World Bank Group dengan total pendanaan USD380 juta.
Selain itu, proyek PLTA Upper Cisokan juga dijadwalkan akan didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan total pendanaan USD230 juta dalam bentuk co-financing dengan World Bank dengan denah serupa.
“Kami sangat mendukung pembiayaan ini karena maksudnya untuk membiayai pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan PLTA Upper Cisokan yang berbasis energi gres terbarukan (EBT) dari tenaga air, lebih sustainable, terjangkau, dan pastinya mencukupi pasokan listrik untuk masyarakat nantinya,” ujar Hadiyanto dalam informasi tertulis, Selasa (15/3).
Di tengah keadaan pandemi Covid-19 yang penuh ketidakpastian, PLN sukses menerima tingkat suku bunga yang sungguh kompetitif dengan tenor cukup panjang, yaitu 24,5 tahun.
Di segi lain, Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely, menganggap dalam konteks global dan nasional, pembangunan PLTA Upper Cisokan ini merupakan langkah yang tepat waktu dan kritikal oleh PLN dalam proses transisi energi.
Dalam pandangannya, proyek ini menjawab pribadi mandat Sustainable Development Goals (SDGs) terkait pemerataan akses listrik, efisiensi penggunaan energi, serta menambahproporsi EBT pada portofolio energi primer PLN dalam jangka panjang.
Selain itu, PLTA ini akan menghemat ketergantungan dan sensitivitas APBN kepada gejolak harga komoditas utama, terutama minyak dan gas. Sehingga, koefisien hubungan biaya dengan pergerakan harga minyak dan gas dapat dikurangi.
“Ketiga, ini satu-satunya proyek yang cocok antara durasi pertolongan dan life expectacy project, sehingga risiko re-financing, selain adanya bunga yang manageable, juga mampu ditangani,” tutur Nely.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan santunan pembiayaan yang kompetitif itu sekaligus menjadi bukti PLN mendapatkan dogma internasional.
“Dunia internasional memiliki kepercayaan terhadap pemerintah Indonesia dan PLN dalam upaya membangun infrastruktur kelistrikan lewat pembangkit-pembangkit EBT dan rendah emisi karbon. Ini merupakan langkah aktual PLN yang disokong oleh kehadiran pemerintah RI dalam proses transisi energi menuju net zero emissions dengan pasokan EBT dengan skala dan kapasitas besar,” ungkapnya.
Pembangunan PLTA berkapasitas lebih dari 1.000 MW tersebut memperlihatkan salah satu akad PLN dalam rangka transisi energi lewat pengembangan energi baru dan terbarukan sebagaimana tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2021-2030.
Proyek ini ditargetkan beroperasi pada 2025 dan menyuplai keperluan listrik di metode Jawa-Bali.
“Proyek yang memakai teknologi pumped storage ini akan menghasilkan energi efisien, rendah karbon, serta mampu menjadi enabler utama dalam rangka proses transisi energi dan masuknya pembangkit EBT intermittent dalam portofolio besar di sistem Jawa-Bali,” terperinci Darmawan.
“Pembangunan PLTA Upper Cisokan ini merupakan salah satu bentuk dukungan PLN kepada pemerintah Indonesia untuk merealisasikan ekonomi rendah karbon dan pencapaian sasaran bauran energi EBT di Indonesia menuju Net Zero Emission 2060, ” ucapnya.
Darmawan menyertakan, proyek ini juga mendukung salah satu pilar G20 tahun 2022. Yaitu pertumbuhan yang berkesinambungan dan inklusif dengan sustainable energy transition menjadi info prioritas.