Jakarta, TAMBANG, Indonesia Economic Forum kembali digelar untuk keenam kalinya. Acara yang mengusung tema “Towards a $7 Trillion Economy: Opportunities and Challenges” ini mempertemukan 300 pemimpin politik, bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil ternama.
Forum tersebut membicarakan dan memperdebatkan bagaimana Indonesia mampu melaksanakan transisi dari ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam menjadi ekonomi yang didorong oleh talenta dan layanan insan.
Founder Indonesia Economic Forum, Shoeb Kagda mengungkapkan acara ini hadir untuk menolong memetakan jalan ke depan bagi Indonesia. Hal yang dijalankan dengan mengidentifikasi peluang baru bagi investor dan bisnis di sektor-sektor seperti pendidikan, pariwisata, transportasi, keuangan, dan ekonomi digital.
“Indonesia Economic Forum adalah platform multi-stakeholder yang menyatukan semua pihak. Visi kami untuk mengiklankan perkembangan ekonomi dan sosial untuk Indonesia dengan mengidentifikasi tren dan kesempatan utama,” ungkap Kagda di Jakarta, Rabu (21/11).
Menurutnya supaya Indonesia mendapat manfaat dari lanskap global baru maka mesti terhubung ke jaringan wawasan global. Universitas-universitas harus berkolaborasi dengan institusi pembelajaran terkemuka yang lain. Perusahaan juga harus membentuk kemitraan dengan merek global dan negara mesti berinvestasi lebih banyak dalam Research & Development (R&D).
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman yang datang menggantikan Airlangga Hartarto mengungkapkan untuk menjadikan Indonesia selaku negara maju di tahun 2045 susah tercapai jika kemajuan ekonomi Indonesia masih 5 persen.
Menurutnya perkembangan ekonomi Indonesia mesti berada di kisaran 7 persen setiap tahun supaya Produk Domestik Bruto (PDB) negara mampu mencapai USD 7 triliun pada tahun 2045.
“Pertumbuhan ekonomi 5 persen tidak cukup selama 25 tahun. Minimal setiap tahun mesti tumbuh 7 persen untuk mencapai USD 7 triliun,” kata Rizal.
Ia mengungkapkan kemajuan tersebut tidak mesti eksklusif naik menjadi 7 persen di tahun ini. Sebab menurutnya ada banyak aspek yang memengaruhi seperti aspek eksternal.
Meskipun menurut Rizal sasaran tersebut berat tetapi mesti diupayakan dengan berbagai cara. Oleh karena itu Rizal menuturkan pemerintah harus bersusah payah. Hal yang dapat dijalankan pemerintah mirip mengembangkan ekspor dan jumlah investasi yang masuk ke dalam negeri.
“Ini merupakan modal yang bila kita tidak kompetitif industrinya kesempatan kerjasama tadi yang telah kita miliki itu cuma kesempatan yang tidak mampu dimanfaatkan. kita harus mempunyai sebuah logistic cost yang rendah dengan industri yang kompetitif,” lanjut Rizal.
Selian itu, Rizal mengungkapkan pemerintah juga mesti melaksanakan pergantian struktural. Menuurutnya ini yaitu peluang yang dimiliki pemerintah saat ini untuk meraih kenaikan 7 persen.