Jakarta, TAMBANG – Direktur Utama Mind ID, Orias Petrus Moedak memastikan pihaknya tidak kepincutmencaplok lahan milik pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan itu tidak mencanangkan misi untuk melaksanakan perluasan di sektor batu bara.
“Kita tidak aktif, cadangan kerikil bara kita masih cukup besar dengan laju produksi yang ada saat ini, jadi kita masih cukup,” ungkapnya dikala dijumpai di Jakarta, Rabu (29/1).
Sebagaimana diketahui, selama lima tahun mendatang ada tujuh PKP2B generasi pertama yang mau habis kurun kontraknya. Mereka di antaranya PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Adaro Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, PT Kendilo Coal, PT Multi Harapan Utama, dan PT Berau Coal. Saban tahun, mereka memegang takaran produksi batu bara lebih dari 200 juta ton, dengan total cadangan sekitar 3,1 miliar ton.
Jumlah cadangan tersebut hampir mirip dengan yang dimiliki oleh PT Bukit Asam, anak perjuangan Mind ID di bidang batu bara. Lokasi tambangnya berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
“(Cadangan) batu bara yang kami miliki lebih dari 3 miliar ton, sementara kecepatan buatan Bukit Asam berkisar 25-30 juta ton (per tahun), jadi masih bisa 100 tahun lagi baru habis. Usia tambang mempengaruhi bagaimana kami harus melakukan perluasan” ungkap Orias.
Menurutnya, angka tersebut menciptakan Bukit Asam memegang takaran 11 persen dari total cadangan batu bara nasional. Secara korporasi, Mind ID memang memasang sasaran ingin menguasai cadangan di tiap komoditas tambang mencapai 15-20 persen. Tapi, target tersebut tidak dikebut dalam waktu bersahabat, sifatnya masih proyeksi jangka panjang.
“Kami bercita-cita bisa mengorganisir 15-20 persen dari cadangan yang kita miliki. Ini pasti tidak sesegera mungkin tercapai dan juga tidak kita ngotot peroleh. Batu bara itu kami telah menguasai 11 persen, apakah ingin jadi 20 (persen) terburu-buru, tidak,” pungkasnya.