Jakarta,TAMBANG, Diawal pekan ini Rupiah masih mangalami pelemahan. Padahal data ekonomi nasional kasatmata.  Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Direktur menerangkan data ekonomi dalam negeri yang faktual dan intervensi BI di pasar Valas dan Obligasi ternyata belum bisa mengangkat mata duit Rupiah untuk bergerak faktual.

 

“Dalam perdagangan hari ini rupiah ditutup melemah di level 13.710  dari penutupan sebelumnya di level 13.643. Dalam perdagangan besok rupiah masih akan melemah di range 13.665-13.762,”terang Ibrahim dalam rilis yang diterima www.tambang.co.id.

 

Ibrahim lalu mengurai beberapa aspek yang turut kuat pada pergerakan mata duit Rupiah kepada mata uang Dollar Amerika Serikat. Dari dalam negeri Bank Indonesia hari ini merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) terbaru. Disebutkan pada kuartal IV-2019, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta. Ini menciptakan NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.

 

Ibrahin menyebutkan NPI yang faktual ini dipengaruhi oleh turunnya impor minyak mentah sejalan dengan kebijakan pengendalian impor mirip acara B20 yang sudah dipraktekkan.

 

Selain itu Bank Indonesia (BI) juga kembali melaksanakan intervensi di pasar valas dan obligasi di jual beli DNDF. Perdagangan tersebut sudah aktif  bertransaksi dari pembukaan pagi dan kondisi virus corona ini sudah diantisipasi sebelumnya oleh Bank Indonesia sehingga dengan gesit dan melaksanakan pengamanan ketat dan tambahan waspada terhadap mata duit Rupiah.

 

Sementara faktor eksternal diantaranya terkait dengan wabah virus Corona. Angka kematian akhir virus ini dari Akhir Desember 2019 sampai Senin (10/2/2020) telah meraih 910 orang.  Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) pun menyuarakan keprihatinan atas penyebaran virus corona yang sudah menyantap nyaris 1.000 korban jiwa.

 

Dalam suasana yang kurang baik rilis data ekonomi Cina diluar praduga cukup anggun sehabis data harga produsen Cina meningkat 0,1% YoY, yang ialah peningkatan pertama sejak Mei 2019. Harga pabrik ini sebelumnya diperkirakan naik 0,1% dari tahun sebelumnya, ketimbang penurunan 0,5% pada bulan Desember. Harga konsumen juga naik 5,4% tahun ke tahun dibandingkan dengan ekspektasi peningkatan 4,9% dan kenaikan 4,5% pada Desember.

 

Di daerah lain beberapa bisnis besar kembali beroperasi di China sehabis liburan Tahun Baru Imlek. Para pekerja mulai kembali masuk kantor dan pabrik-pabrik di seluruh negeri. Di tambah lagi pemerintah melonggarkan beberapa pembatasan dalam perjalanan setelah epidemi virus corona menyebar.

 

Dari Amerika Serikat data pada hari Jumat yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS dipercepat bulan kemudian. Hal ini melebihi perkiraan sebelumnya, dengan kekuatan khusus dalam konstruksi yang menawarkan ekonomi berada dalam keadaan yang pantas.

 

Sedangkan dari Inggris, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sudah dengan tegas mengatakan bahwa beliau tidak mau menerima usul UE untuk menandatangani aturannya dalam setiap komitmen perdagangan potensial.

 

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?