Jakarta, TAMBANG – Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik), Rida Mulyana menyebut bahwa melambungnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) turut menghipnotis peningkatan tarif listrik.
“Pertimbagannya banyak betul dari segi daya bisa, gejolak global juga menghipnotis, terutama ICP,” kata Rida pada suatu diskusi, Jumat (17/6).
Per Mei 2022, rata-rata ICP minyak mentah Indonesia menurut perkiraan Formula Indonesian Crude Price memang tinggi, ialah sebesar USD109,61 per barel. Angka ini naik USD7,10 per barel dari USD102,51 per barel pada bulan April kemudian.
Menurutnya, peningkatan ICP tersebut akan berimbas pada Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang menjadi dasar penghitungan tarif di PLN.
Rida memberikan, untuk dikala ini pembiasaan tarif (tarif adjustment) listrik hanya berlaku untuk lima kelompok. Golongan pertama yakni golongan rumah tangga bisa kategori R2 dengan daya antara 3500 hingga 5500 VA.
Kedua, kelompok rumah tangga bisa klasifikasi R3 dengan daya mulai dari 6600 VA hingga ke atas. Sementara, tiga kelompok lainnya berasal dari kalangan pemerintah.
“Fokusnya hanya ke Lima kalangan, 2 golongan rumah tangga, ialah R2 dan R3, dan tiga dari golongan pemerintah,” jelasnya.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril mengatakan bahwa dari 83,2 juta pelanggan, golongan rumah tangga merupakan konsumen yang mayoritas. Karena itu, acara tarif adjusment ini akan diarahkan kepada pelanggan dari sektor rumah tangga tersebut.
“Pelanggan kita itu kini meraih 83,2 juta. Pelanggan rumah tangga paling banyak. R1 pun dibagi dua. Ada yang disubsidi ada yang dikompensasi. R2 itu jumlahnya 1,7 juta, R3 ada 300 ribu konsumen,” ungkap Bob.
Rencana peningkatan tarif listrik sebelumnya sudah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dikala rapat kerja degan Badan Anggaran dewan perwakilan rakyat RI pada pertengahan Mei kemudian. Dia mengaku bahwa wacana ini sudah disetujui Presiden Jokowi dengan sasaran rumah tangga mampu dan kelompok pemerintah (P1,P2 dan P3).