Jakarta, TAMBANG – Direktur Jenderal (Dirjen) Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, membuka resmi Konferensi Tahunan Coaltrans Asia Ke-25, di Nusa Dua Bali, Senin (24/6).

 

Pemilihan Indonesia menjadi kawasan penyelenggaraan Coaltrans Asia 2019, menurut Bambang, menunjukkan bahwa Indonesia masih diandalkan untuk menyelenggarakan event berskala internasional terkait sektor watu bara.

 

“Indonesia masih dipandang sebagai salah satu produsen dan pengekspor batubara terbesar di dunia, sehingga Indonesia diseleksi (selaku kawasan penyelenggaraan Coal Trans Asia 2019),” tutur Bambang, dalam informasi resminya, Senin (24/6).

Turut Menyaksikan Peresmian oleh Dirjen Minerba Bambang Gatot Ariyono, ialah Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir (Foto: Kementerian ESDM)

 

Keuntungan yang diperoleh dengan penyelenggaraan Coaltrans Asia 2019 di Indonesia, salah satunya ialah banyaknya calon investor bidang batu bara, yang hendak gampang dalam mencari gosip tentang seluk beluk tambang watu bara di Indonesia.

 

Dalam potensi ini, Bambang memaparkan bahwa produksi kerikil, bara tahun 2018 lalu mencapai 528 juta ton. Hal itu sangat signifikan perbedaannya dengan Perencanaan Nasional Jangka Menengah-Panjang 2015-2019, dimana produksi kerikil bara yang dijadwalkan sebesar 413 juta ton.

 

Dengan produksi kerikil bara yang sungguh besar, maka Pemerintah mulai memprioritaskan pasokan watu bara ke dalam negeri. “Lima tahun yang kemudian, kami lebih senang mengekspor kerikil bara untuk menerima pajak, tapi sekarang, secara perlahan namun niscaya, kami mulai memprioritaskan keperluan domestik,” ujar Bambang.

 

Sebagaimana diketahui, batu bara memainkan tugas penting tidak cuma selaku sumber pemasukan nasional namun juga berfungsi sebagai konstruksi modal yang lebih ekonomis dalam memenuhi keperluan domestik. Paradigma penambangan batu bara saat ini sudah berganti, tidak lagi dipandang sebagai komoditas, tetapi lebih dianggap sebagai sumber modal pembangunan.

 

Sejak tahun 2011 sampai 2017, pasar domestik sudah mengalami peningkatan sebesar 27 persen setiap tahunnya. “Pada tahun 2019 kami berharap untuk pasar domestik meningkat sebesar 60 persen,” imbuh Bambang.

 

Di samping itu, Pemerintah juga terus mempertahankan semoga pengelolaan lingkungan pertambangan kerikil bara dan pemanfaatannya akan terus ditingkatkan.

 

“Tantangannya menyeimbangkan antara bisnis dan konservasi. Kita concern dengan teknologi higienis. Lingkungan juga jadi perhatian utama,” pungkas Bambang.

 

Untuk diketahui, Konferensi Coaltrans Asia 2019 berjalan selama dua hari, ialah 24 – 25 Juni 2019. Acara ini didatangi para pelaku usaha sektor kerikil bara di Asia.

 

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?