Jakarta,TAMBANG. Mendapat derma dari data internal dan juga angka pengangguran di AS yang cukup tinggi, Rupiah menguat di simpulan pekan ke level 16.430. Sebelumnya di penutupan pasar kemarin Rupiah ada di level 16.495. Dalam jual beli ahad depan, tepatnya hari Senin (6/4) kemungkinan Rupiah masih akan melemah di level 16.400-16.600.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menerangkan ada beberapa hal yang membuat Rupiah menguat. Dari luar negeri, angka pengangguran AS yang menyeramkan menjadi gambaran imbas ekonomi dari pandemi coronavirus. Wabah pandemi ini sudah mensugesti ekonomi negara-negara maju. Hal ini juga yang mendorong Pemerintahan di aneka macam negara menciptakan kebijakan social distancing guna membendung penyebaran virus. Namun kebijakan ini berdampak pada jumlah pengangguran yang cukup tinggi mirip yang terjadi di Amerika Serikat.
Selain itu kasus pandemi covid-19 belum menunjukkan gejala mereda pada hari Jumat, dimana perkara global yang melebihi satu juta, dengan lebih dari 53.000 kematian, lebih dari 6.000 di antaranya berada di AS. “Sampai virus memuncak, kami mengantisipasi tekanan jual akan terjadi dan arus keluar modal akan terus berlanjut, meskipun gelombang paling besar mungkin terjadi pada bulan Maret,” Piotr Matys, senior strategist pasar valas senior di Rabobank, menyampaikan terhadap CNBC.
Nomura bank Jepang menyampaikan dalam sebuah catatan bahwa mereka menginginkan ekonomi dunia untuk berkontraksi sebesar 18% pada kuartal pertama, secara tahunan, dan akan berkurang sekitar 4% pada tahun 2020.
Sementara itu untuk menambah daya tarik dolar telah menjadi rebound datang-tiba dalam harga minyak, meskipun kenaikan tajam Kamis sudah dijual ke permulaan Jumat. Minyak dihargai dalam dolar dan AS juga merupakan produsen minyak dan gas top dunia.
Harga minyak mentah melambung hampir 25% alasannya Presiden AS Trump mengisyaratkan kemungkinan resolusi untuk perang harga Arab Saudi – Rusia kemarin.
Sementara dari dalam negeri dengan rendahnya suku bunga di aneka macam bank sentral global khususnya di AS, Eropa dan Asia, menjadi pesona tersendiri untuk pasar dalam negeri. Apalagi suku bunga masih relatif tinggi sehingga sungguh wajar bila pelaku pasar kembali yakin terhadap kesempatan pasar keuangan dan perekonomian. Hal ini tampakdari mulai masuknya fatwa modal gila (inflow) ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Mengacu data BI, pada kurun 30 Maret-2 April 2020, terjadi net buy atau beli higienis di pasar keuangan domestik sebesar Rp 3,28 triliun. Aliran modal masuk ini secara umum dikuasai berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Inflow dari SBN tercatat Rp 4,09 triliun, sedangkan di pasar saham pada kurun tersebut masih terjadi net sell (outflow) Rp 820 miliar.
Menurut BI, data ajaran modal masuk ini menerangkan bahwa kepanikan investor akibat mewabahnya Covid-19 yang kian menyusut. Masuknya dana ke Indonesia ini mengartikan ada secercah cita-cita sebab kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah, BI, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan iman terhadap pasar.