Jakarta,TAMBANG,- Economist Inteligent Unit (EIU), salah satu unit bisnis dari Economist Group yang konsentrasi pada riset dan penelitian wacana perekonomian, risiko dan industri sebuah negara. Kali ini EIU merilis laporannya terkait proyeksi kebutuhan energi di tahun 2022.

EIU menyebutkan konsumsi energi global tahun 2022 akan naik 2,2% seiring dengan semakin pulihnya perekonomian dari dampak pandemi virus corona (Covid-19). Total konsumsi energi di 69 negara yang jadi teladan riset EIU akan naik sebesar 2,2% atau 13.410 juta ton setara minyak (mtoe).

Capaian ini lebih tinggi dari tahun 2019, mengimbangi penurunan konsumsi yang tampakselama pandemi. Namun terlihat mulai ada perlambatan dari rebound pada tahun 2021, karena konsumsi energi secara sedikit demi sedikit menjadi normal. Kenaikan ajakan masih tiba dari sektor listrik sebagai efek dari elektrifikasi ekonomi global.

EIU juga melihat hampir semua sumber energi masih tetap berkembang termasuk batu bara, yang merosot sebelum pandemi melanda masih akan berkembang pada 2022. Konsumsi kerikil bara akan naik 1,5% secara tahun ke tahun hampir secepat konsumsi gas alam.

Sementara konsumsi minyak, yang merupakan area ekonomi yang paling parah terkena krisis ekonomi 2020, akan naik 2,7%. Tenaga surya dan angin akan naik cukup besar ialah sebesar 10,6%. Satu-satunya pengecualian untuk abad kenaikan ini adalah tenaga nuklir dimana konsumsi akan turun sebesar 0,8%. Ini alasannya banyak reaktor di Jepang belum kembali aktif setelah Fukushima pada tahun 2015. Sementara pembangkit watu di India dan Cina belum beroperasi.

Harga Komoditi Energi

Permintaan yang besar lengan berkuasa akan mendukung kenaikan harga setidaknya ketimbang tahun-tahun menjelang pandemi. “Untuk minyak contohnya dengan asumsi janji buatan OPEC+ saat ini tetap berlaku, kami memperkirakan harga rata-rata minyak di kisaran US$78,5/barel pada tahun 2022 lebih baik dari asumsi harga rata-rata tahun 2021 sebesar US$71,7/b,”demikian laporan tersebut yang diterima www.tambang.co.id .

Lembaga ini juga telah secara signifikan mengoptimalkan perkiraan harga gas alam dan gas alam cair (LNG), khususnya di Eropa. Harga gas alam dan gas cair di benua biru diperkirakan masih tetap tinggi hingga kuartal kedua 2022 alasannya adalah stok baru mulai naik.

“Harga mampu naik lebih tinggi jika buatan tetap landai, atau mampu turun bila investor menumpuk untuk mengambil laba dari harga yang lebih tinggi. Krisis energi baru-baru ini di Eropa dan Cina telah mengakibatkan perdebatan wacana kurangnya investasi dalam proyek konvensional alasannya adalah dana global sudah diarahkan ke investasi berkelanjutan,”tulis laporan tersebut.

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?