Jakarta,TAMBANG,- PT Freeport Indonesia (PTFI) menjadi salah satu perusahaan di Indonesia yang bareng delegasi Indonesia hadir dalam Conference of the Parties (COP) ke-26, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Glasgow, Britania Raya pada 1-5 November 2021.
Dalam panel diskusi bertajuk “Becoming the World’s Leaders in Green Economy: Leading NDC Implementation” di Paviliun Indonesia, PTFI memastikan kembali janji perusahaan untuk menghemat 30% emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2030. Hal ini disampaikan Presiden Direktur Tony Wenas yang didampingi Wapres Direktur Jenpino Ngabdi.
COP 26 menandai partisipasi pertama PTFI dalam rangkaian acara UNFCCC, yang turut didatangi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Selaras dengan akad dan target keberlanjutan yang selama ini digaungkan, PTFI sedang memfokuskan strateginya pada beberapa upaya. Mulai dari efisiensi aset dan energi, pembangunan pembangkit listrik bahan bakar ganda gres berkapasitas 129 megawatt (MW) selaku pengganti perluasan watu bara. Juga penilaian penggunaan energi alternatif seperti gas alam pada pembangkit listrik untuk operasional perusahaan.
Selain itu, PTFI juga terus mencari peluang baru untuk penggunaan tenaga listrik di perlengkapan tambang. Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dalam paparannya memberikan strategi iklim PTFI dan sasaran yang hendak diraih. “Sebagai perusahaan yang terus berinovasi untuk keberlanjutan, PTFI berkomitmen dalam menghemat emisi GRK sebesar 30% pada tahun 2030. Hal ini meneguhkan kembali pengabdian kami untuk mendukung ekonomi hijau (green economy), mengurus lingkungan dengan baik, serta membuat nilai tambah bersama bagi kepentingan semua pemangku
kepentingan,”ujar Tony.
Peran PTFI meminimalisir emisi GRK sejalan dengan prinsip untuk membuat bikinan kondusif dan berkelanjutan. Masih dalam pemaparannya, Tony juga menjelaskan peran sentral tembaga, produk utama PTFI, selaku salah satu komoditas penting untuk menyokong penggunaan teknologi ramah lingkungan di aneka macam industri.
“Permintaan dunia akan tembaga terus berkembang bersama-sama dengan kian meningkatnya penggunaan teknologi ramah lingkungan di banyak sekali sektor industri, termasuk untuk pembuatan mobil listrik yang sangat bergantung pada tembaga. Kami terus menyeimbangkan peningkatan bikinan tembaga sambil tetap memperkuat kesepakatan melakukan ekonomi hijau, guna menjawab kebutuhan dunia akan tembaga dari Indonesia.”terang Tony.
Selain upaya yang berkonsentrasi pada pengembangan energi hijau dan teknologi ramah lingkungan,langkah strategis PTFI turut diperkuat dengan program revegetasi dan rehabilitasi lahan. PTFI sudah menggencarkan penanaman flora mangrove (Rhizophora mucronata) di 401,31 hektar di area Muara Ajkwa, Mimika, sejak tahun 2005. Sepanjang tahun 1992-2020, PTFI juga telah menanam lebih dari 4 juta pohon di 2 ribu hektar area. Kemudian dilanjutkan dengan sasaran penanaman 2,3 juta pohon di 2.210 hektar area pada tahun 2022 untuk area Jayapura.
Diharapkan, seluruh upaya menyeluruh ini mampu mendorong tercapainya target Indonesia dalam meminimalkan emisi GRK di tahun 2030 mendatang. “Kami meyakini upaya pencapaian target zero (nol) emisi pada tahun 2050 memerlukan upaya kolektif dari seluruh masyarakat dunia, tidak cuma pemerintah, namun juga para pelaku industri. Untuk itu, dari COP 26 di Glasgow kami mengajak para pelaku industri di Indonesia untuk berani meneguhkan akad melakukan ekonomi hijau demi era depan Bumi yang lebih baik,” tutup Tony.