Jakarta,TAMBANG, Trend aktual pasar batu bara yang dimulai semenjak Oktober 2020 silam masih berlanjut. Ini terlihat dari pergerakan harga si emas hitam ini di awal tahun 2021. Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan Menteri ESDM untuk periode Januai naik 27.14% dibanding periode Desember 2020. Pemerintah menetapkan HBA di Januari 2021 sebesar USD75,84 per ton.
Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan beberapa aspek yang mendorong peningkatan salah satu sumber energi ini. “Setelah hampir setahun adanya kekurangan kegiatan ekonomi, pasar mulai bergerak pulih khususnya di Tiongkok,” terperinci Agung di Jakarta, Senin (4/1).
Sebagaimana dimengerti, Cina punya peran penting dalam menetukan pergerakan harga batubara. Negara ini ialah produsen sekaligus pelanggan terbesar batu bara global. Bersama India, Cina hingga sekarang masih menjadi pasar utama bagi kerikil bara yang berasal dari Indonesia . “Apalagi dikala ini terjadi ketegangan hubungan jual beli antara Cina dengan Australia. Sentimen ini yang makin memperkuat,” lanjutnya.
Atas peningkatan ini, pergerakan HBA bergerak menuju level psikologis sesudah sepanjang tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 lebih banyak mengalami pelemahan ke level paling rendah. “Rata-rata HBA di tahun 2020 hanya sebesar USD58,17 per ton dan menjadi yang paling rendah sejak 2015,” tandas Agung.
Kondisi pasar ini tentu membuka asa bagi industri pertambangan Indonesia sehabis mengalami periode suram di tahun 2020. Agung kemudian merinci pergerakan harga kerikil bara di sepanjang 2020. Dibuka dengan harga USD65,93 per ton pada bulan Januari 2020. Sempat menguat sebesar 0,28% di angka USD67,08 per ton pada bulan Maret dibanding Februari yang sebesar USD66,89 per ton. Setelah mulai mengalami koreksi pada April (USD65,77), Mei (USD61,11), Juni (USD52,98), Juli (USD52,16) dan Agustus (USD50,34). “Puncaknya ada di bulan September dimana harganya hanya USD49,42 per ton,” kata Agung.
Harga Batubara kembali pulih (rebound) dalam tiga bulan terakhir dimulai Oktober (USD51), November (USD55,71) dan Desember (USD59,65). “Supply dan demand tetap menjadi aspek pergeseran (harga) utama di luar Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali,” terang Agung.
Sebagai info, faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan seruan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan keadaan industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, mirip LNG, nuklir, dan hidro.
Untuk dimengerti HBA bulan Januari ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).