Jakarta, TAMBANG- Di tengah pelemahan harga watu bara BUMI masih tetap optimis mampu mempertahan kinerja perusahaan. Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava mengungkapkan, tren penurunan HBA (harga kerikil bara teladan) tidak akan mengubah sasaran bikinan dan harga rata-rata watu bara yang telah ditetapkan tahun ini.
“Tidak ada perubahan pada bimbingan tahun 2019, adalah output 88-90 juta ton, dari output kerikil bara tahun 2018 sebesar 83 juta ton. Dengan harga jual rata-rata di level USD56 per ton dari tahun lalu USD59 per ton,” ungkap Dileep terhadap tambang.co.id, Selasa (25/6).
Dileep mengungkapkan BUMI menargetkan ongkos buatan di tahun 2019 ini sebesar USD 34 per ton. Oleh sebab itu, perseroan saat ini sedang mengambil tindakan untuk mengidentifikasi area tambahan di mana biaya mampu lebih dioptimalkan.
“Variabel kunci adalah harga minyak. Perubahan USD10 per bbl menghasilkan efek biaya USD1 per ton batubara pada biaya buatan kami. Kami terus mencermati,” lanjut Dileep.
Bumi tetap optimis mampu mempertahankan kinerja perusahaan. Di semester 1 BUMI berharap untuk menambang 42-43 juta ton batubara dan 46-47 juta ton di Semester 2.
Menurut Dileep, harga batu bara kalori tinggi berada di bawah tekanan sebab pengaruh perang perdagangan AS China dan Indeks GCNEWC depresi. Strategi yang dijalankan oleh BUMI dengan mengembangkan output watu bara kalori tinggi dari Arutmin untuk meningkatkan realisasi.
Sedangkan harga watu bara kalori rendah yang berada di bawah tekanan besar pada Kuartal IV Tahun 2018, sebab pembatasan impor batu bara China dan melemahnya mata uang India yang sekarang telah meningkat.
“Saat ini BUMI telah memiliki persetujuan 85 persen dari planning buatan sebesar 88-90 juta ton di tahun 2019 dan berada di jalur yang sempurna untuk meraih ini,” kata Dileep.