Jakarta,TAMBANG, Di tengah harga kerikil bara yang sedang menguat, PT Bukit Asam,Tbk (PTBA) mencatat kinerja faktual sampai dengan kuartal III tahun ini. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Anak perjuangan Holding BUMN, MIND ID ini berhasil membukukan laba sebesar Rp 4,8 triliun. Dibanding capaian tahun kemudian sebesar Rp.1,7 triliun ada kenaikan 176 persen. Kinerja keuntungan yang nyata ini ditopang pendapatan perseroan hingga kuartal III tahun ini yang mencapai Rp 19,4 triliun. Artinya ada kenaikan 51 persen dibanding capaian di periode yang sama di tahun kemudian yang tercatat sebesar Rp12,8 triliun.

Pendapatan yang mengagumkan ini sejurus dengan harga watu bara yang sedang naik daun sampai sentuh angka USD 203 per ton pada September 2021. Adapun total penjualan kerikil bara PTBA sampai kuartal III meraih 20,9 juta ton dengan jumlah buatan meraih 22,9 juta ton. Perusahaan juga mencatat kenaikan total aset dari Rp.27.0 triliun pada Semester I tahun 2021 menjadi 32,2 triliun pada 30 September 2021.

Perusahaan juga tengah berbagi beberapa proyek strategis yang juga telah memperlihatkan perkembangan. Untuk program gasifikasi kerikil bara, PTBA tengah menyelesaikan Proyek Coal to DME. Proyek ini berlangsung sesuai dengan planning dan akan secepatnya terlaksana sebagai bentuk kesepakatan PTBA atas terbitnya Perpres 109 tahun 2020 ihwal Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Terdapat dua proyek PTBA yang masuk menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Pertama Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Proyek Strategis Nasional ini membutuhkan waktu selama 20 tahun. PSN rencananya akan menghadirkan investasi gila dari APCI senilai USD 2,1 miliar atau setara Rp 30 Triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton watu bara per tahun, proyek ini dapat menciptakan 1,4 juta DME per tahun untuk meminimalkan impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan dan banyak benefit yang lain bagi Indonesia.

Capaian selanjutnya ialah pengerjaan proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel-8. PLTU ini berkapasitas 2×620 Megawatt (MW) dan merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai meraih USD 1,68 miliar. PLTU ini juga merupakan bab dari proyek 35 ribu MW yang dibangun PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) selaku Independent Power Producer (IPP).

PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Progres pembangunan proyek PLTU hingga September tahun ini telah meraih 91,03 persen. PLTU ini yang nantinya menyerap 5,4 juta ton batu bara per tahun. Pembangkit listrik ini diharapkan mampu beroperasi sarat secara komersial pada kuartal I tahun 2022.

PTBA juga telah melaksanakan ekspansi ke energi ramah lingkungan atau EBT. Salah satunya pengembangan PLTS di Bandara Soekarno Hatta yang sudah dijalankan Commercial Operation Date (CoD) pada 1 Oktober 2020.

PTBA juga mempunyai kesiapan lahan dan berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan pasca tambang milik perusahaan di Ombilin, Sumatera Barat, di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, dan Bantuas, Kalimantan Timur. Lahan pasca tambang tersebut akan terpasang PLTS dengan kapasitas masing-masing meraih 200 MW. Saat ini sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP).

Rencana pengembangan PLTS ini juga sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030. disamping itu, untuk mencapai target bauran energi EBT sebesar 23% pada tahun 2025, salah satu strateginya yakni dengan membuatkan PLTS di lokasi lahan eks tambang.

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?