Jakarta,TAMBANG, Dalam upaya mendukung upaya hilirisasi tambang di Indonesia, Kementrian BUMN membuka kolaborasi dengan perusahaan perusahaan logam asal Cina. Menteri BUMN Rini M. Soemarno dalam kunjungan ke China telah berjumpa dengan sejumlah CEO industri logam China.
”Percepatan hilirisasi industri tambang mesti segera dijalankan. Ini untuk kepentingan rakyat dan bangsa, makin tinggi nilai tambah produk tambang kita, kian besar manfaat yang dapat dinikmati seluruh rakyat. Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan dukungan pihak-pihak terkait,”kata Menteri Rini, Kamis (16/5/2019).
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin menjelaskan pertemuan dengan sejumlah CEO Industri logam di China untuk menyimak klarifikasi perihal industri logam dan teknologinya.
“Serta menjajaki berbagai kesempatan kerja sama yang tepat dengan rencana strategis kami dan dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang untuk kemakmuran penduduk ,” jelas Budi.
Ada sejumlah CEO yang dijumpai antara lain seperti CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari kesempatan kerja sama dalam industri EPC dan/atau tambang kobalt/nikel. Kemudian CEO Beijing Easpring Material Technology, mempelajari industri Electric Vehicle khususnya dalam pengerjaan Katoda.
Sementara di Inner Mongolia, rombongan menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta kesempatan kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk.
Kemudian di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical, termasuk manufaktur materi energi gres lithium ion, pemrosesan materi gres kobalt dan penambangan, benefisiasi dan peleburan kobalt dan tembaga; serta berjumpa dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri Electric Vehicle.
Hadir dalam acara kunjungan ini Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro. Juga Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Antam Tbk. Arie Arioetedjo dan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin. juga
Gasifikasi Batubara
Sebagaimana dikenali belum usang ini Holding Industri Pertambangan melalui anggota Holding PT Bukit Asam Tbk telah menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical (8/12 – 2018), untuk pembangunan proyek gasifikasi.
Melalui penandatanganan ini, batubara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk tamat yang mempunyai nilai jual lebih tinggi.
Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batubara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) selaku bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.
Proyek hilirisasi yang lain yang juga dicanangkan oleh Holding Industri Pertambangan adalah lewat PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk., mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat.
Proyek SGAR menjadi penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, materi baku aluminium dengan kapasitas permulaan 1.000.000 ton Alumina.
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro.
Sebagaimana diketahui Holding Industri Pertambangan resmi dibuat pada 27 November 2017 dengan INALUM sebagai Induk Usaha Holding dan PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia selaku anggota Holding. INALUM juga memegang 51,2% saham di PT Freeport Indonesia.
Sampai Desember 2018, INALUM membukukan Pendapatan Konsolidasi sebesar Rp 65.2 triliun, berkembang 38% dari tahun lalu. EBITDA Konsolidasi mencapai Rp 18.5 triliun, tumbuh 50% dari tahun kemudian. Laba Bersih Konsolidasi meraih Rp 10.5 triliun tumbuh 54% dari tahun 2017.