Jakarta, TAMBANG – Pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) mineral dan kerikil bara yang dikerjakan pemerintah per awal Januari masih berjalan hingga saat ini. Termasuk mencabut IUP Produksi terhadap perusahaan yang dianggap belum melakukan aktivitas produksi atau molor.

Terkait hal tersebut, Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel (APNI), Meidy Katrin Lengkey membeberkan sejumlah argumentasi mengapa perusahaan pemilik IUP Produksi belum melakukan produksi. Salah satunya terkendala kuota Izin Pakai Pinjam Kawasan Hutan (IPPKH).

“Jadi menurut pemerintah bahwa perusahaan pertambangan wajib dicabut bila tidak melaksanakan aktivitas. Artinya aktif tetapi tidak beraktivasi. Banyak perusahaan terkendala pengajuan IPPKH dikarenakan tidak adanya  kuota IPPKH,” kata Meidy dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bareng Komisi VII dewan perwakilan rakyat RI, dikutip Rabu (23/3).

Menurut beliau, banyak tempat yang kuota IPPKH nya sudah habis sehingga tidak bisa melakukan acara buatan. Kata Meidy, jangankan produksi, eksplorasi saja jikalau arealnya masih status hutan, belum mendapatkan izin. “Itu alat udah mampu incaran, eksklusif dikerengkeng,” imbuhnya.

Kendala berikutnya adalah di waktu yang serentak perseroan bersangkutan sedang melaksanakan kegiatan eksplorasi yang memerlukan waktu lama dan ongkos yang tidak sedikit.

“Kita tahu bahwa aktivitas eksplorasi itu butuh waktu dan ongkos. Kadang-kadang kita gambling juga. Melakukan aktivitas eksplorasi biayanya cukup besar, lama namun balasannya zonk atau tidak ada,” bebernya.

Kendala berikutnya yakni Perusahaan bersangkutan telah memiliki perjanjian kolaborasi jaminan supply untuk pabrik nikel olahan. Selanjutnya perusahaan terkendala perizinan pelabuhan, terkendala pembebasan lahan dengan masyarakat pemilik lahan serta terkendala kelengkapan dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

“Banyak hal dan permasalahan kenapa perusahaan-perusahaan pertambangan belum bisa melaksanakan acara, bukan bermakna tidak mau melakukan aktivitas terlebih ketika ini harga mineral komoditas lagi tinggi-tingginya,” ujarnya.

Dia lalu menjelaskan bahwa saat ini harga komoditas nikel sedang berada di posisi yang sungguh cantik sehingga tidak mungkin perusahaan mogok bikinan jika bukan sebab argumentasi yang mendesak.

“Beberapa bulan terakhir ini lagi seksi-seksinya sehingga nikel kena suspend di lme sebab dikala ini rekor menembus sampai 100 ribu dolar per ton, ini belum pernah terjadi tetapi kali ini terjadi,” jelasnya.  

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?