Jakarta,TAMBANG, PT PLN telah sukses melakukan inovasi dengan mempergunakan sinar lampu ultraviolet untuk flora hidroponik. Pemanfaatan sinar UV ini diyakini mampu mengembangkan produktivitas tanaman. Inovasi ini terjadi hasil kolaborasi dengan Pusat Pelatihan Pertanian & Pedesaan Swadaya (P4S) Buana Lestari di Wisata Edukai Tani Terpadu (WETT) Betet, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Atas terobosan ini, PLN mendapat apresiasi dari Kementrian ESDM. “Langkah pemanfaatan lampu UV ini bisa digunakan selaku cara memajukan penjualan kWh listrik. Ini salah satu bukti bahwa penjualan listrik yang dilaksanakan PLN tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Kami mengapresiasi terobosan ini,” ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Senin (1/2).

Hal ini juga menurut Agung sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan ketersediaan pasokan listrik bagi penduduk dan wilayah yang perekonomiannya sedang tumbuh. “Sesuai komitmen Pemerintah bahwa adanya ketersediaan listrik di penduduk mesti mampu mengembangkan kehidupan penduduk yang lebih baik,” jelasnya.

Sebagaimana dimengerti untuk kecil-kecilan rumah tangga 40 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit hidroponik dengan sinar lampu UV sekitar Rp 1,8 juta dengan ongkos operasional setiap kali tanam hanya sebesar Rp 100 ribu. Berat hasil panen untuk setiap lubang berkisar di angka 200-250 gram.

Dengan sinar lampu UV, untuk 40 lubang tersebut akan menemukan hasil kurang lebih 10 kg dalam satu kali panen. Jika dikalkulasikan dengan harga per kg nya dipasaran meraih Rp 25.000. Pelaku hidroponik bisa menjangkau omzet Rp 250.000.

Dalam 1 tahun, dengan mempergunakan sinar lampu UV, pelaku hidroponik dapat melakukan 9-12 kali era tanam. Berbanding lurus dengan frekuensi kurun panen. Itu artinya omzet yang ditemukan mampu mencapai jutaan rupiah. Hal ini berlawanan dengan tata cara hidroponik lazimyang abad tanamnya berkisar antara 6-9 kali dengan metode rotari.

Sementara untuk skala hobi dan industri, metode hidroponik dengan sinar lampu UV ini juga tidak kalah prospektif. Sebut saja untuk skala hobi 200 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit Rp 7,5 juta dengan ongkos operasional setiap kali tanam Rp 465 ribu. Dari skala ini, pelaku hidroponik mampu menghasilkan 50 kg tanaman hidroponik dalam satu kali periode panen atau sekitar Rp 1.250.000.

Jika diakumulasikan dalam 1 tahun, pemasukan tersebut sudah mampu menutup ongkos investasi yang sudah dikeluarkan di awal. Sama halnya dengan skala industri, investasi yang diharapkan mencakup starter kit hidroponik NFT 2000 lubang dengan sinar lampu UV dan juga Green House berskala 8×20 m. Biaya yang dikeluarkan oleh pelaku hidroponik dalam investasi ini juga akan berbanding lurus dengan hasil panen yang ditemukan.

Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, Agung Murdifi, bersyukur bahwa acara PLN Peduli sudah dicicipi pribadi manfaatnya oleh penduduk maupun lingkungan. Selaras dengan Transformasi yang sedang dikerjakan, lanjut Agung, PLN siap berkolaborasi dengan masyarakat untuk menghadirkan penemuan, khususnya yang berhubungan dengan kelistrikan dalam rangka mendorong produktifitas penduduk .

PLN berkomitmen untuk mendukung program-program pemberdayaan penduduk yang dapat memajukan kemakmuran penduduk . “Ini sejalan dengan motto PLN, listrik untuk kehidupan yang lebih baik. Listrik harus dimanfaatkan untuk mengembangkan produktifitas yang menenteng dampak baik bagi masyarakat, serta mendukung lingkungan yang lebih ramah,” tutup Agung.

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?