Jakarta,TAMBANG,- Harga aluminium di tahun 2022 ini diperkirakan dalam animo menguat. Ini sudah dimulai dengan harga yang pada awal tahun ini telah menembus USD 3.000/t. Optimisme ini disampaikan CEO Eurasia Resources Benedikt Sobotka. Eurasia Resources sendiri ialah perusahaan tambang yang terdiversifikasi.
Benedikt dalam suatu kesempatan menyampaikan bahwa pasar aluminium masih akan mengalami defisit yang cukup besar. Dari segi persediaan, keadaan saat ini ialah yang paling rendah sejak krisis keuangan pada era pertengahan 2007 sampai 2009. Ini membuat harga batu bara menguat di tahun 2021 meraih level tertinggi dalam kala 13 tahun ini. Harga aluminium tahun lalu meningkat 14% secara year to year.
Sobotka menyebutkan ajakan aluminium mengalami kenaikan signifikan seiring investasi infrastruktur di negara tersebut. Beberapa segmen industri yang mencatat kenaikan seruan aluminium diantaranya energi terbarukan, peningkatan bikinan kendaraan listrik dan kemasan aluminium yang dapat didaur ulang. Ini yang membuat kemajuan permintaan aluminium melampui kemampuan pasokan global.
“Akibatnya, kami bisa melihat harga aluminium tertinggi dalam lebih dari 30 tahun,” ungkapnya.
Dari sisi pasokan khusus di Cina selama ini dibatasi oleh kendali konsumsi energi yang ketat dan kenaikan kapasitas peleburan yang tidak dipakai secara perlahan.
“Selain itu, upaya dekarbonisasi dunia yang dipercepat dan melonjaknya harga energi membatasi penambahan kapasitas di luar China. Faktanya, kita bisa melihat penghematan kapasitas peleburan lebih lanjut di Eropa,” pungkasnya.
Dari catatan yag ada 700.000 ton, atau sekitar 14%, dari kapasitas peleburan Eropa, tidak termasuk Rusia, telah diangkas.