JAKARTA, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan efisiensi pembakaran Dimethyl Ether atau DME lebih baik ketimbang Liquefied Petroleum Gas (LPG). Karena itu, DME layak menjadi materi bakar alternatif untuk program substitusi energi di Indonesia.
Hal ini didasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas). Dari sekitar 200 percobaan, jadinya menawarkan bahwa efisiensi LPG pembakaran DME lebih baik dibanding LPG.
“Fraksi karbon beratnya jikalau di LPG masih tertinggal di dalam sisa botol, sedangkan jika DME masih bisa dioptimalkan, sehingga ini menjadi salah satu advantage (laba),” kata Arifin, dikutip dari informasi resmi, Selasa (22/2).
Arifin kemudian menerangkan kalau pemanfaatan DME ini akan memakai jenis batubara yang mempunyai kalori 3.800 kkal/kg. Alasan memakai jenis batubara mirip ini menurut dia alasannya tidak dimanfaatkan untuk keperluan PLN.
“Ini juga dilakukan di lokasi verbal tambang, jadi membuat lebih mudah proses pengangkutan,” imbuhnya.
Pemerintah memang telah memperhitungkan harga keekonomian DME yang sudah disepakati supaya produk ini bisa bersaing dengan harga LPG. Adapun manfaat yang diterima oleh negara melalui substitusi DME tersebut berupa pemanfaatan sumber daya alam, menghemat devisa impor LPG, dan menyanggupi in-situ di lokasi mulut tambang yang dapat menangani isu kelangkaan.
Saat ini, Indonesia sedang membangun pabrik hilirisasi batubara menjadi DME di Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek tersebut diproyeksikan bisa menciptakan 1,4 juta ton DME per tahun dari bahan baku 6 juta ton batubara kalori rendah.
Pemerintah berharap proyek DME itu mampu membuka lapangan pekerjaan untuk sekitar 13 ribu orang pada tahap konstruksi. Adapun di sektor hilir yang mau diatur oleh Pertamina diharapkan mampu membuat 12 ribu lapangan pekerjaan gres.
Proyek hilirisasi batubara menjadi DME tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Amerika Serikat dengan Indonesia lewat perusahaan Air Products & Chemicals Inc, PT Bukit Asam, dan Pertamina.
“Pemerintah menargetkan perusahaan tersebut mampu mewujudkan nilai rencana investasi sebesar USD 15 miliar untuk industri gasifikasi batubara beserta turunannya di Indonesia,” ungkapnya.
Selain DME, Kementerian ESDM memiliki beberapa alternatif terkait substitusi LPG, antara lain lewat jaringan gas rumah tangga sampai penggunaan kompor listrik.