JAKARTA, TAMBANG – Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyebut 85 persen tenaga kerja yang hendak mengorganisir proyek hilirisasi batubara menjadi Dimetil Eter (DME) berasal dari dalam negeri. Hal ini diungkapkan Bahlil dikala sambutan di program peletakan kerikil pertama (Groundbreaking) oleh Presiden Jokowi.
“Bahwa ini lapangan pekerjaannya seluruhnya dari Indonesia, jadi Air Products telah telah aku panggil, tenaga kerjanya aku bilang 85 persen dari Indonesia. Yang 5 persen itu hanya era konstruksi, kurun produksinya itu akan dilibatkan PTBA dan Pertamina,” kata Bahlil, di Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1).
Menurutnya, proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan sekitar 13 ribu pekerja saat aktivitas konstruksi oleh Air Products, perusahaan asal Amerika yang berinvestasi full dalam proyek hilirisasi batubara ini. Sementara ketika proses hilirisasi oleh Pertamina, proyek ini akan menyerap sekitar 12 ribu pekerja.
“Pekerjaan ini akan menciptakan lapangan pekerjaan 12 ribu sampai 13 ribu dari konstruksi yang dijalankan Air Products. Kemudian kurang lebih sekitar 11-12 ribu dilaksanakan di hilir oleh Pertamina. Di tambah lagi begitu eksisting berproduksi, lapangan pekerjaan disiapkan yang tetap 3 ribu,” ungkapnya.
“Itu yang eksklusif. Tapi bila yang tidak langsung, kontraktornya, sub-kontraktornya, multiplier effect itu bisa 3-4 kali lipat. Dari yang ada,” imbuhnya.
Lebih lanjut Bahlil menyampaikan, bahwa yang terpenting dari proyek yang telah digadang-gadang Jokowi enam tahun kemudian ini adalah mampu menekan impor gas LPG yang rata-rata per tahunnya mencapai 7 juta ton.
“Yang terpenting yakni, kami laporkan hasil output dari gasifikasi ini untuk menghemat impor kita. Jadi Impor kita ini gas LPG rata-rata satu tahun 6-7 juta, subsidi kita cukup besar,” terangnya.
Menurut Bahlil, setiap satu juta ton hilirisasi, pemerintah bisa melaksanakan efisiensi kurang lebih sekitar 6-7 triliun. “Itu efisiensi dari subsidi. Kaprikornus tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi untuk melahirkan subsitusi impor,” imbuhnya.
Untuk diketahui, pemerintah gres saja meresmikan proyek hilirisasi batubara menjadi Dimethyl Eter (DME) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Dengan adanya proyek ini, kedepan penduduk mampu menggunakan DME selaku pengganti LPG.
“Dengan mengucap bismillaahirrahmaanirrahiim, pada pagi hari ini groundbreaking proyek hilirisasi batubara menjadi Dimethyl Eter DME, aku nyatakan dimulai,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Jokowi, api yang dihasilkan DME persis dengan api yang ada di LPG sehingga cocok digunakan untuk mengolah masakan.
“Hampir seperti dengan LPG, tadi aku telah melihat gimana api kalau dari DME untuk memasak dan api yang dari LPG bila untuk mengolah masakan, sama saja,” ungkap Jokowi.
Sedikit isu, proyek hilirisasi ini melibatkan tiga perusahaan, dua perusahaan dalam negeri dan satu perusahaan asing, ialah PT Bukit Asam dan PT Pertamina. Sementara perusahaan abnormal ialah Air Products. Proyek ini bernilai sebesar USD2,1 juta atau setara dengan Rp30 trilliun.