Jakarta, TAMBANG – Nasib nahas menimpa Jurkani, Legal PT Anzawara Satria. Pria paruh baya ini dikeroyok sekitar 50 orang tak dikenal, yang disangka komplotan penambang ilegal.
Awalnya, Jurkani berencana menjaga area yang dihinggapi penambang liar, di mana area tersebut masuk dalam konsesi batu bara milik Anzawara di Desa Bunati, Angsana, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Area tersebut sebelumnya telah dipasangi garis polisi atau police line oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polisi Republik Indonesia.
“Iya, dihadang sekitar 50 orang, dibacok di lapangan, di lokasi tambang yang police line,” ujar Manajer Manager External Relation Anzawara Satria, Emma Rivilla ketika dikonfirmasi, Jumat (22/10).
Menurutnya, semenjak sebulan terakhir ini, pihak Anzawara tengah gencar mengusir acara penambang ilegal yang merangsek masuk ke konsesinya. Tercatat, Anzawara telah menyampaikan laporan soal aksi liar itu ke Bareskrim, Kementerian ESDM, dan Kemenkopolhukam.
Hingga karenanya pada Sabtu (16/10) lalu, tim penyidik Bareskrim turun ke lapangan memasang police line. Seluruh karyawan Anzawara diminta berjaga-jaga, kalau para penambang ilegal tiba lagi, semoga secepatnya dilaporkan ke pegawanegeri.
Ternyata benar, penambang ilegal tersebut kembali lagi dengan membawa sejumlah alat berat. Namun, upaya itu sukses dihalau dengan dibantu tim patroli Polsek Angsana.
“Kami diminta tim dari Bareskrim untuk mengawasi terus lahan yang masih dalam penyidikan. Kalau ada sesuatu, kami diminta lapor ke Bareskrim atau Polsek Angsana,” tegas Emma.
Sayangnya, mujur tak dapat dicapai, malang tak dapat ditolak. Jurkani malam ini berjaga di lokasi police line, dan tiba-tiba dihadiri 50 orang secara membabi-buta eksklusif mengeroyok.
Kata Emma, mobil kabin ganda yang ditumpangi Jurkani, dipecah kacanya. Kemudian, Jurkani diserang memakai senjata tajam.
“Saat ini, Jurkani sedang dirawat secara intensif di rumah sakit dengan keadaan lengan terluka parah sebab bacokan,” pungkas Emma.