JAKARTA, TAMBANG – Salah satu jenis teknologi yang dikala ini berkembang pesat karena bisa mengendorkan beban pekerjaan adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone. Drone kini banyak dimanfaatkan di banyak sekali lini sektor bisnis mirip pertanian, perindustrian, penelitian, transportasi, pertambangan dan lain sebagainya.
Di sektor pertambangan, drone bisa dimanfaatkan sebagai piranti pendukung tahap-tahap penambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, eksploitasi, produksi, pengolahan, bahkan dimanfaatkan sebagai alat monitoring.
Di antara perusahaan tambang yang memanfaatkan teknologi canggih ini ialah PT Berau Coal, perusahaan tambang batubara terbesar kelima Indonesia dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama Tbk (Buma), perusahaan kontraktor tambang batubara paling besar kedua Indonesia.
Geospatial Technologi Development Berau Coal, Marulitua Ignatius menyampaikan bahwa pihaknya memanfaatkan drone selaku alat untuk pemenuhan basemap area, perencanaan permulaan tambang, monitoring lahan bebas, monitoring pertumbuhan tambang, kenali area kritis pasca insiden dan untuk pengukuran volume stockpile.
“Fungsi utama drone di pertambangan di antaranya capture foto dan video untuk mengidentifikasi visual terkait safety sebelum melakukan acara pada area kritis,” ujar Marulitua dalam Webinar Drone Application In Mining Industry yang diselenggarakan Terra Drone Indonesia, Rabu (2/3).
Dia kemudian menjelaskan bahwa tata cara pengambilan data yang dilakukan dalam hal tersebut ialah untuk mengidentifikasi terkait kondisi modern dari area yang akan dijalankan acara pertambangan. Menurutnya, selama acara observasi dilakukan dengan Departemen Geotech.
“Keuntungan menggunakan drone ini adalah bisa memastikan area itu sungguh-sungguh aman sebelum dilaksanakan acara,” ungkapnya.
Selain itu, Maruli juga menyebut bahwa drone berguna dalam hal pengukuran volume batubara yang tersimpan di stockpile. Bahkan drone juga menurutnya bisa melaksanakan pengecekan pasca blasting atau peledakan meliputi post blast, blast result analysis dan flyrock analysis.
“Metode pengambilan data mengikuti prinsip-prinsip fotogrametri parameter-parameter di dalam penggunaan drone mencakup overlap and sidelap, GSD (Ground Sampling Distance), GCP dan ICP,” jelasnya.
Senada dengan Maruli, SPV Short Term Engineer Buma, Septandry Manik menyebut bahwa drone bisa mengembangkan kinerja perseroan dan bisa meminimalkan waktu. Di Buma, kata dia, drone diaplikasikan salah satunya untuk proses eksploitasi. Menurutnya, aplikasi teknologi drone untuk eksploitasi penambangan dibagi dua bagian, pertama General Drone (Obligue View) dan kedua Drone Mapping (Ortogonal View).
“General drone atau obligue view mencakup inspeksi area kritis atau terbatas untuk insan, skema daily plan penambangan, dokumentasi kegiatan trial project dan dokumentasi kecelakaan atau kejadian penambangan,” ujar Septandry.
Adapun drone mapping meliputi basemap untuk kebutuhan dashboard monitoring, overlay actual dan design penambangan, pengukuran reklamasi, produce contour dan perhitungan volume batubara.
Sementara Sales Manager Terra Drone Indonesia, Gilang Hadi menyebut bahwa selain bisa mengendorkan beban kerja dan mengefisiensikan waktu kerja, kedatangan teknologi drone juga diharapkan bisa memperlihatkan pemasukan aksesori bagi perseroan.
“Dengan memakai drone akuisisi data lebih cepat dibandingkan dengan sistem konvensional. Dapat mengakses area sulit dan area berbahaya, mirip jurang, tanah yang labil. Drone berfungsi lebh faedah. Harapannya mampu menawarkan cost yang lebih dan efisien,” ungkap Gilang.