Jakarta, TAMBANG – Kegiatan usaha hulu migas memiliki donasi sekitar 30 persen dari penerimaan negara. Kegiatan ini menjadi kunci dalam inovasi cadangan untuk peningkatan buatan migas nasional.

 

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar mengungkapkan sejak 18 tahun yang kemudian dikala ditemukannya Lapangan Gas Abadi, belum ditemukan lagi cadangan migas nasional yang siginifikan. Dengan demikian produksi migas 85 persen bergantung pada lapangan yang telah mature.

 

“Sejak 10 tahun terakhir cadangan migas nasional mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini mampu terlihat dari tren grafik lifting migas lima tahun terakhir yang terus mengalami penurunan,” kata Rudy dalam informasi resmi, Jumat (29/11).

 

Menurutnya, buatan migas Indonesia diprediksi akan terus berada dalam tren penurunan, bahkan sampai tahun 2050. Hal ini alasannya rendahnya tingkat temuan cadangan baru dan tidak adanya cadangan migas berkapasitas raksasa. Oleh sebab itu Pemerintah pun mengambil langkah strategis.

 

“Di sektor regulasi migas, salah satu misalnya melakukan pemangkasan terkait peraturan perijinan migas dari 286 menjadi 186 perijinan pada tahun 2018 dan membuka jalan masuk data migas. Selain itu, untuk memajukan investasi dan mendorong efisiensi tata kelola di hulu migas, dijalankan pergeseran kontrak dari cost recovery menjadi gross split,” lanjut Rudy.

 

Kebijakan gross split terbukti lebih efisien dan membuat penerimaan negera lebih pasti, serta mendorong upaya inovasi cadangan migas. Dana komitmen niscaya investasi dari bagan persetujuan gross split, berikutnya dipakai untuk acara eksplorasi untuk mengembangkan cadangan migas nasional.

 

Rudy menyampaikan, pada semester-1 di tahun 2019, dari 42 Blok Migas dengan denah persetujuan gross split, telah menciptakan dana eksplorasi (akad kerja niscaya) sebesar Rp33,6 triliun. Angka ini sungguh tinggi kalau dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya meraih Rp50-70 miliar per tahun dari budget APBN. Selain itu, dari kontrak tersebut juga mampu menambah PNBP yang eksklusif disetor ke kas negara sebesar Rp13,5 triliun dari bonus tandatangan (signature bonus).

 

Rudy juga memberikan masih ada potensi dalam mendapatkan cadangan gres masih sangat terbuka. Seperti diketahui bahwa Indonesia memiliki 128 cekungan, dengan 54 cekungan yang telah dieksplorasi dengan cadangan sekitar 3,8 miliar barel. Masih ada 74 Cekungan yang belum disentuh dengan cadangan terbukti dan cadangan kesempatanminyak bumi mencapai 7,5 miliar barel.

 

“Ahli dan praktisi di bidang geologi dan geofisika dibutuhkan dapat memiliki tugas penting untuk dapat memperoleh play-play baru di tempat frontier dan 13 fokus area yang memiliki potensi, juka derma dari para jago dan praktisi perminyakan dapat mengembangkan teknologi gres khususnya untuk eksplorasi dan eksploitasi yang berada pada deepwater area dan peningkatan produksi di lapangan-lapangan marginal,” lanjutnya.

 

Menurutnya tren dari eksplorasi migas dalam satu dekade ini bergeser ke Indonesia bab timur. Adapun tantangan ke depan di sektor hulu migas yaitu menemukan cadangan migas yang besar (giant field).

 

Rudy menyampaikan Badan Geologi juga sudah melakukan survei umum di beberapa lokasi di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini untuk menambah data-data geologi migas di tempat frontier dan area terbuka. Survei yang dijalankan berupa survei airborne magnetic, survei G&G, survei seismik 2D, survei rembesan mikro dan Passive Seismic Tomography.

 

Langkah konkrit yang lain yang dikerjakan oleh Pemerintah baru-baru ini yaitu melakukan survei seismik 2D terbesar. Survei dilaksanakan dengan panjang lintasan sepanjang 30.000 kilometermelewati sekurang-kurangnya 29 cekungan, dimulai dari bahari Bangka dan berakhir di bahari Seram. Kegiatan tersebut menggunakan dana kesepakatan kerja niscaya (dana eksplorasi).

 

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?