Jakarta, TAMBANG – Pemerintah akan memfokuskan pembahasan pertemuan kedua dari Energy Transistions Working Group (ETWG) pada tiga info sebagai tanggapan kepada dinamika energi global.
Chair ETWG, Yudo Dwinanda Priaadi memberikan tiga informasi yang mau dibahas dalam konferensi nanti ialah ketahanan energi (energy security), transisi energi (energy transitions), dan kerja sama (partnership).
“Kami ingin menyampaikan ke dunia global bagaimana ketiga info tersebut menjawab tantangan global terkini ,” ujar Yudo dalam informasi resmi, dikutip Jumat (17/6).
Menurutnya, ketiga isu tersebut ialah informasi kunci bagi tegaknya tiga pilar ETWG Presidensi Indonesia untuk meraih kesepakatan global dalam percepatan transisi energi.
Sebelumnya, pada konferensi pertama ETWG yang berjalan pada tanggal 24-25 Maret 2022 di Yogyakarta, delegasi G20 menyepakati secara aklamasi tiga pilar utama yang diangkat Indonesia. Ketiga pilar tersebut adalah aksesibilitas energi, peningkatan teknologi energi higienis, dan peningkatan pembiayaan energi.
Dinamika global, terutama informasi ketahanan energi, yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi percepatan transisi energi sehingga dijadikan sebagai topik pembahasan pada pertemuan kedua nanti. Yudo menyinari bagaimana banyak negara tengah berjuang mengamankan pasokan dan menangani kenaikan harga energi, baik gas, minyak dan listrik.
“Lonjakan harga energi primer yang salah satunya akibat dampak dari pemulihan ekonomi paska pandemi harus diimbangi dengan upaya mengembangkan ketahanan energi yang berkelanjutan. Ini yang harus secepatnya diantisipasi oleh Indonesia,” tegasnya.
Pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik dikala ini, sambung Yudo, menawarkan saat-saat berguna bagi dunia untuk makin mempercepat proses transisi energi.
Sejalan dengan upaya pencapaian komitmen global untuk menanggulangi pergantian iklim, forum ETWG ini akan mendorong percepatan pemanfaatan energi gres dan terbarukan (EBT) sabagai pondasi sumber energi di masa mendatang.
“Kami mengupayakan untuk mengedepankan transisi yang adil, ialah memaksimalkan efek nyata sekaligus meminimalkan peluangrisiko yang ditimbulkan oleh transisi tersebut ke dalam perekonomian dan penduduk ,” jelas Yudo.
Untuk mengimplementasikannya, dukungan kemitraan atau kerja sama akan menjadi kekuatan penting dalam membangun transisi energi. “Dengan kerja sama internasional, kesepakatan bersama dalam hal penggunaan teknologi dan sketsa pendanaan yang tepat akan mempercepat proses Transisi energi,” ungkap Yudo.
Melalui pembahasan tiga gosip utama di atas, Yudo berharap mampu mendorong transisi energi yang lebih singkat dari target yang ditetapkan oleh komitmen internasional, baik di forum G20 atau KTT iklim sebelumnya. “Ini menjadi harapan kami, ketiga gosip tersebut mampu dibicarakan, sehingga kita mencapai deal untuk mempercepat transisi energi,” harap Yudo.