Jakarta,TAMBANG, Pemerintah mulai meminta warga negaranya untuk siap memasuki New Normal. Ini merupakan suatu tatanan hidup gres yang akan dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan lebih jauh lagi, New Normal ke depan tidak semata terkait penerapan tolok ukur kesehatan mirip mencuci tangan, mempertahankan jarak dan lainnya. Tetapi juga hingga pada hal-hal prinsip dalam kegiatan operasional perusahaan.

Direktur Utama PT J Resources Asia Pasifik,Tbk (PSAB) Edi Permadi mengatakan perusahaan termasuk perusahaan tambang sudah mesti mempersiapkan diri menuju ke New Normal tersebut. Ada beberapa hal yang selama ini belum menjadi keharusan sudah harus dijadikan sebagai keharusan. Mengenakan masker yang sebelumnya cuma di lokasi-lokasi tertentu, sekarang telah harus dikenakan setiap pekerja di setiap hari.

Perubahan-pergantian tersebut tentu perlu waktu untuk menjadi kebiasaan. Setiap pekerja juga punya kesanggupan berlawanan dalam proses pembiasaan tersebut. Sehingga butuh cara untuk menolong dalam proses pembiasaan.

Menurut Edi, salah satu unsur penting yang memilih kesuksesan pembiasaan atas suatu pergantian yaitu adanya tim yang berpengaruh. “Untuk sukses dalam suatu pergantian, butuh kehadiran tim yang berpengaruh. Kuatnya sebuah tim sungguh dipengaruhi oleh koordinasi dan bukan kerja tolong-menolong,”tandas Edi.

Ia kemudian menjelaskan bahwa kerjasama jauh diatas derajatnya dari bekerja tolong-menolong. Kerjasama mengandaikan ada Visi, Misi dan Tujuan bareng yang ditentukan secara proses yang dinamis dan demokratis dengan dipimpin oleh seorang pemimpin yang akuntabel.

Sementara melakukan pekerjaan bahu-membahu menurut Edi, hampir ditentukan tidak ada Visi dan Misi yang serupa. Yang ada tetapi jarang ialah tujuan yang sama. Team cuma diperintahkan untuk menyelesaikan suatu Tugas atau Task yang diberikan Pemimpin.

Oleh karenanya Perusahaan tergolong perusahaan tambang perlu membentuk tim yang berpengaruh. Untuk hal ini behavior competency menjadi penting. Namun untuk sampai ke sana perlu terus diasah atau dalam bahasa Steven Covey disebut sharpen the saw atau mengasah gergaji.

Edi menyebutkan bahwa di tengah upaya menuju New Normal, kesanggupan yang diharapkan yaitu Adaptability to Deal with Ambiguity dan Team Work.  Adaptasi kepada ketidakpastian yang disebabkan oleh Pandemi Covid -19. Bukan tidak mungkin secara Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya nyaris semua negara di dunia mencari titik kesetimbangan gres. Protokol kesehatan yang tadinya dimengerti sebagian kecil masyarakat sekarang harus dimengerti dan diimplementasikan untuk seluruh civilization. Bakal menjadi tatanan civilization baru dunia.

Dalam hal ini pasti kompetensi atau kesanggupan untuk mengikuti keadaan terhadap ketidakpastian tersebut sungguh menentukan keberhasilan. Kompetensi spesifik tersebut adalah kesanggupan melakukan pekerjaan sama secara efektif dalam suasana ketidakpastian dan menanggapi secara fleksibel atas perubahan.  Ini tergolong menganalisa sebuah suasana untuk memilih apakah dan kapan suatu tindakan telah sempurna. Atau apakah isu yang lebih banyak dibutuhkan agar bisa menangani situasi tersebut secara lebih efektif.

Kita bahkan merasakan misal terkait dengan pemakaian masker, di awal tahun kita dihimbau untuk pemakaian masker bagi yang sakit tetapi dalam hitungan bulan menjadi semua orang wajib memakai masker di luar rumah. Kemampuan pembiasaan ini sangat beragam dan perlu diasah terus agar kita mampu menjadi pemenang dalam global challenge kekinian di masing-masing sektor.

Enam Tingkatan Kemampuan Adaptasi

Edi lalu menyebut beberapa tingkatan kemampuan atau competency. Tingkatan pertama; melakukan tugas-peran dalam ketidakpastian tetapi masih butuh tuntunan atau tunjangan. Orang masih membutuhkan ajaran/tuntunan untuk merespon suatu ketidakpastian. Bahkan memerlukan santunan jika banyak hal tidak jelas atau tidak mampu menyaksikan imbas positif dalam melakukannya secara berlainan.

Tingkatan kedua; melaksanakan tugas-peran dalam ketidakpastian dengan mendapatkan sedikit tuntunan atau dukungan. Beradaptasi secara cukup baik kepada keadaan-kondisi, arah/petunjuk-petunjuk dan strategi yang berganti-ubah.  Mampu menganjurkan atau menyarankan langkah-langkah-tindakan tanpa memiliki seluruh isu yang ada.

Pada tingkatan ketiga seseorang telah secara efektif menangani peran-tugas dan pekerjaan-pekerjaan dalam ketidakpastian dan dinamis. Memperlihatkan kesanggupan untuk mengubah arah selaku respon terhadap suasana-suasana kerja yang berganti-ubah.  Mampu menciptakan keputusan-keputusan dan mengambil tindakan dikala tidak terdapat gosip yang cukup untuk memprediksi konsekuensi-konsekuensi secara niscaya.

Tingkatan keempat; seseorang menolong anggota team lain mengambil langkah-langkah yang efektif berbekal informasi yang terbatas. Siap, rela dan bisa menolong orang atau anggota team lain menanggapi peristiwa-peristiwa dan keadaan-kondisi yang tidak dibutuhkan.  Memberikan fokus atau pusat perhatian sebanyak mungkin untuk diri sendiri dan anggota team lain dalam suasana-situasi yang dinamis.

Pada tingkatan kelima, tim bekerja dengan efektivitas maksimum dalam suasana-situasi yang dicirikan oleh pergantian terus-menerus. Memperlihatkan kemampuan hebat untuk mengubah arah dalam merespon suasana yang tiba-tiba berubah dan tidak dapat diprediksi.  Secara efektif dan konsisten mengelolah atau menangani prioritas yang saling bersaing dalam kondisi uncertainty.

Di tingkatan keenam, tim berhasil atau bertumbuh pesat dalam kondisi-kondisi yang dicirikan oleh ambiguitas/ketidakpastian. Mengenal peluang-kesempatan yang interen atau hakiki dalam suasana-suasana yang tidak pasti.  Menyemangati serta memotivasi orang atau anggota team lainnya untuk bekerja secara efektif dalam lingkungan-lingkungan yang tidak niscaya.

Menyeimbangkan keperluan teamnya atau kebutuhan Negara/institusi/perusahan demi stabilitas dan perubahaan yang tidak menentu alasannya adalah keadaan Global. Dan dapat menciptakan strategi yang niscaya dengan seni manajemen yang dinamis, namun semua anggota team dapat melihat milestone dengan jelas.

“Dengan mengasah kemampuan ini di seluruh anggota team kerja, diperlukan akan tercipta kerja sama yang sinergis untuk meraih tujuan bareng yaitu menyelesaikan tugas sesuai yang disepakati oleh seluruh komponen team dengan pemberi Tugas,”terperinci Edi yang juga adalah Tenaga Profesional Lemhannas RI.

Edi pun mendorong setiap orang untuk terus mengasah kompetensi untuk mampu mengikuti keadaan sampai ke tingkatan keenam. Sehingga setiap pekerja dapat menjadi effective person. Masing-masing anggota yang memberi bantuan aktif di team masing-masing untuk berkerja sama dengan tujuan, misi dan visi yang jelas dan terukur.

“Upping the ante dalam lompat galah dengan mengoptimalkan kafe-nya ke level lebih tinggi yakni penyelesaian untuk kita mampu melakukan pekerjaan sama memajukan kesanggupan kita dan team sehingga capaian kita mampu seacara konsisten,”tandasnya.

Penyelesaian Tugas secara berkelanjutan dan konsisten akan melahirkan Super tim di tengah ketidakpastian akibat Pandemik Covid 19.

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?