Jakarta,TAMBANG,- Pasokan listrik merupakan salah satu komponen penting dalam industri pengolahan komoditas tambang atau yang diketahui smelter. Sejauh ini ada perusahaan smelter yang membangun sendiri pembangkit listrik untuk smelternya. Namun ada juga perusahaan smelter yang menggandeng PT PLN (Persero) sebagai penyuplai listrik. Ini yang dilakukan lima pabrik pengolanan dan pemurnian mineral atau smelter di Sulawesi. Total kapasitas daya listrik yang dibutuhkan sebesar 1.026 megavolt ampere (MVA).
PT PLN (Persero) pun siap menyuplai kebutuhan listrik sebagai bentuk pemberian atas upaya pemerintah untuk memajukan nilai tambah bagi produk tambang dalam negeri melalui hilirisasi mineral. Disadari sangat bahwa pasokan listrik yang jago, berkualitas, dan berguna kompetitif sudah dinikmati oleh PT Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNI) yang kembali memperbesar daya sebesar 90 MVA melalui penandatanganan surat persetujuanjual beli tenaga listrik (SPJBTL) dengan PLN pada Selasa (5/4).
Pada kesempatan yang serupa, empat perusahaan smelter juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) penyambungan gres pelanggan tegangan tinggi smelter dengan PLN dengan total daya 936 MVA. Keempatnya adalah PT Celebessi Metalindo Utama (CMU), PT Buttatoa Smelter Pratama (BSP), PT Central Omega Resources Industri Indonesia,Tbk (CORII), dan PT Industri Smelter Nusantara (ISN).
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua PLN Adi Priyanto menyatakan, smelter ialah salah satu proyek strategis untuk mendukung hilirisasi mineral di Indonesia. Karena itu, PLN berkomitmen memenuhi keperluan listrik dan memberikan pelayanan terbaik untuk industri smelter.
“Industri smelter ialah hilirisasi mineral yang membutuhkan energi listrik yang sungguh besar dan PLN siap memenuhinya dengan pasokan listrik yang mahir, berkualitas, dan harga yang kompetitif,” tandas Adi.
Adi melanjutkan, keandalan listrik PLN mampu terbukti dengan terus meningkatnya permintaan tambah daya listrik dari HNI. Awal kerja sama PLN dengan HNI sudah terjalin semenjak Agustus 2018 berupa pasokan listrik sebesar 40 MVA dari PLN. Dan akan terus meningkat hingga saat ini meraih 220 MVA.
Melalui SPJBTL yang diteken hari ini, HNI akan mendapat perhiasan daya sebesar 90 MVA pada Desember 2022. “Selain itu, HNI juga berkomitmen pada Maret 2023 untuk kembali memperbesar daya listrik sebesar 30 MVA, sehingga total kapasitas terpasang pada Maret 2023 menjadi 340 MVA,” terperinci Adi.
Adi memprediksi kebutuhan listrik di Sulawesi bakal semakin meningkat seiring perkembangan industri di daerah tersebut, tergolong untuk industri smelter. Kebutuhan listrik untuk fasilitas smelter di Sulawesi diproyeksikan lebih dari 6.000 MVA.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya permintaan suplai daya dari sejumlah perusahaan smelter pada hari ini yaitu, PT Celebessi Metalindo Utama dengan kebutuhan daya 450 MVA, PT Buttatoa Smelter Pratama sebesar 236 MVA, PT Central Omega Resources Industri Indonesia Tbk (CORII) sekitar 180 MVA, dan PT Industri Smelter Nusantara (ISN) sebesar 70 MVA.
Direktur Utama PT Huadi Nickel Alloy Indonesia Jos Stefan Hideky memberikan bahwa kehadiran smelter terbukti mampu mendorong perkembangan ekonomi. Oleh alasannya itu, keperluan listrik yang mahir dan berkualitas dari PLN dibutuhkan mampu terus berlanjut.
“Harapan kami, PJBTL ini bisa menimbulkan kolaborasi semakin baik lagi ke depan,” tuturnya.
Dia pun memaparkan, sejak HNI mulai memproduksi feronikel, perkembangan ekonomi di Bantaeng berkembang dua digit, 12 persen. “Bahkan tahun lalu Bantaeng mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sulawesi Selatan,” kata Jos.
Direktur Utama PT Celebessi Metalindo Utama Teddy M.I. Haykal turut mengakui jika listrik untuk industri smelter menyerupai nafas. Untuk itu, perusahaannya memilih untuk mendapatkan pasokan listrik dari PLN sesudah melalui pendapatyang cukup lama. “Setelah melaksanakan pertimbangan, kami memutuskan bersinergi dengan PLN. Terima kasih, terutama untuk PLN, yang sudah meyakinkan kami bahwa penyediaan tenaga listrik untuk smelter disokong sepenuhnya,” papar Teddy.
Siap Pasok Energi Hijau
Adi juga menentukan bahwa PLN siap menyanggupi keperluan listrik industri smelter di Sulawesi dengan energi hijau. Terlebih, peluangEBT di daerah Sulawesi terbilang sungguh melimpah, mulai dari sumber daya air, panas bumi, tenaga bayu, dan lainnya.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan membuatkan pembangkit sebesar 783,09 MW di kawasan Sulawesi. Sebagian besar berasal dari pembangkit EBT yang meraih 397 MW atau 51 persen. Sedangkan sisanya yakni pembangkit fosil sebesar 386 MW atau 49 persen.
“Kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi dikala ini sebagian sudah dipenuhi oleh pembangkit listrik berbasis EBT,” ungkap dia.
PLN juga memiliki produk renewable energy certificate (REC) yang dapat dimanfaatkan pelanggan untuk pemenuhan target penggunaan energi terbarukan yang transparan dan diakui secara internasional. Produk ini merupakan salah satu penemuan produk hijau PLN untuk membuat lebih mudah konsumen dalam pembelian serta mendapatkan legalisasi atas penggunaan energi terbarukan yang telah ada di Indonesia.
“Apabila diharapkan, kami juga siap melengkapi keperluan industri smelter nasional dengan menawarkan produk dan layanan yang inovatif, mirip total penyelesaian kebutuhan listrik, serta Green Product mirip REC,” pungkasnya.