Jakarta, TAMBANG – PT PLN Persero resmi mengoperasikan infrastruktur kelistrikan Sistem Interkoneksi 150 Kilo volt (kV) Sumatera-Bangka melalui kabel listrik bawah laut. Dengan begitu, pertumbuhan konsumsi listrik di pulau penghasil timah tersebut dapat dipenuhi.
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto mengatakan seluruh tahapan proses perlindungan tegangan sebagai tanda pengoperasian infrastruktur kelistrikan tersebut telah dilaksanakan dengan sukses. Daya listrik dapat dialirkan dari tata cara kelistrikan Sumatera menuju Pulau Bangka.
“Proses interkoneksi sistem kelistrikan Bangka dan sistem kelistrikan Sumatera dikerjakan pada 26 Maret 2022 pukul 15.04 WIB sinkron di GI 150 kV Muntok Bangka,” kata Wiluyo dalam informasi tertulis, dikutif Jumat (1/4).
Menurut Wiluyo, dengan beroperasinya kabel bawah maritim tersebut, ke depan transfer energi dari Sumatera ke Pulau Bangka mampu dilakukan untuk memenuhi kemajuan konsumsi listrik dan memajukan mutu pelayanan PLN kepada pelanggannya.
Pada 2022, terdapat kesempatanpenambahan sebanyak 20.653 pelanggan dengan kesempatandaya tersambung 74,65 MVA, denga GWh Jual 1.381,45 GWh.
Sebelumnya, listrik Pulau Bangka disuplai dari beberapa pembangkit yang didominasi berbahan bakar minyak dengan beban puncak sebesar 190,2 MW. Pada ketika itu, tata cara listrik Bangka tercatat hampir menjamah ambang batas daya bisa sebesar 191,5 MW, sehingga total cadangan daya hanya tersisa sebesar 1,3 MW.
Dengan adanya interkoneksi ini, cadangan daya di pulau bangka meningkat menjadi 281 MW dan akan berkembangsecara sedikit demi sedikit.
Dengan rata-rata perkembangan penjualan tenaga listrik dalam 3 tahun terakhir sebesar 8,52%, pulau Bangka menjadi salah satu tempat dengan tingkat pertumbuhan tenaga listrik yang cukup tinggi di Indonesia. Hak tersebut disebabkan oleh menggeliatnya industri perikanan, berkembangnya industri pengolahan sawit, pasir kuarsa, smelter timah dan pariwisata.
Proses pembangunan sistem interkoneksi kabel listrik bawah laut Sumatera – Bangka mempunyai tingkat kompleksitas yang bervariatif dalam setiap tahapan, mulai dari survey lokasi, proses perizinan, penyediaan lahan dan ruang bebas sebelum alhasil masuk pada fase konstruksi yang secara garis besar terbagi menjadi 3 section utama.
Section 1 merupakan pembangunan Landing Point Tanjung Carat dan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV serta Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV sepanjang 20 kilometer yang terletak di pulau Sumatera.
Section 2 berbentukpekerjaan penggelaran kabel bahari sepanjang 36 kilometer yang terbentang menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Bangka. Section
3 ialah pembangunan Landing Point Muntok dan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV sepanjang 9,16 kilometer di sisi Pulau Bangka.
Interkoneksi Sumatera – Bangka menjadi salah satu metode kelistrikan dengan kabel bahari terpanjang di Indonesia dan ialah salah satu pembangunan transmisi ketenagalistrikan dengan tingkat kesulitan yang tinggi.