Jakarta,TAMBANG PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO), perusahaan tambang bijih besi di Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) dengan PT PLN (Persero). Dalam akad tersebut PT SILO akan mendapat pasokan listrik sebesar 30 Mega Volt Ampere (MVA) dan secara sedikit demi sedikit akan meningkat seiring peningkatan kapasitas smelter yang akan dibangun. Listrik ini akan dimanfaatkan untuk mengerjakan smelter bijih besi.
Kesepakatan ini dikukuhkan dalam penandatanganan yang dikerjakan Direkturk Utama PT SILO Effendy Tios dan Direktur Bisnis Regional Kalimantan PT PLN, Syamsul Huda. Disaksikan Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Ditjen Minerba Kementrian ESDM Sudjatmiko.
Sudjatmiko dalam sambutan mengapresiasi koordinasi ini. Ia memastikan kembali wacana upaya Pemerintah dalam mendorong kegiatan kenaikan nilai tambah untuk produk pertambangan. Pemerintah berdasarkan Sudjatmiko berkomitmen menolong usahawan dalam merealisasikan rencana tersebut.
“Salah satunya kami menolong menjembatani pengusaha smelter yang kesusahan untuk mendapat pasokan listrik. Kami juga memfasilitasi pengusaha smelter dalam menerima pembiayaan,”terperinci Sudjatmiko.
Ia berharap kerjasama mirip ini akan kian sering terjadi mengingat listrik atau energi menjadi aspek penting dalam ongkos pokok buatan smelter. “Jika PLN bisa menolong perusahaan smelter dari sisi pasokan listrik, pasti akan membantu smelter tersebut kian efisien dan berdaya saing,”lanjutnya.
Disampaikan juga bahwa ketika ini telah ada 17 smelter yang beroperasi. Di tahun 2023 Pemerintah menargetkan 52 smelter yang berproduksi.
Sementara Direktur Bisnis Regional Kalimantan PT PLN, Syamsul Huda menuturkan PT SILO ialah konsumen Tengangan Tinggi kedua di Kalimantan Selatan yang telah mempercayakan listrik dari BUMN Listrik ini.
“Terima kasih kepada PT SILO atas doktrin yang telah diberikan kepada kami. Ini menjadi bukti komitmen kami yang senantiasa berupaya untuk memajukan keandalan suplai listrik demi menjamin operasional usaha para investor yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,” ungkap Syamsul.
Syamsul menerangkan ketika ini ketersediaan suplai listrik untuk Provinsi Kaimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kian membaik. “Dengan surplus daya yang ketika ini mencapai 627 MW, memperlihatkan bahwa suplai daya listrik bukan menjadi dilema lagi untuk pelaku usaha yang ingin berinvestasi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kami membuka sebanyak-banyaknya seruan suplai listrik untuk para penanam modal,” ungkap Syamsul.
Syamsul menerangkan butuh kurang lebih 10 bulan untuk menghubungkan listrik untuk hingga ke Pulau Sebuku. PLN memang mesti membangun transmisi untuk mengalirkan listrik ke pulau tersebut.
PT SILO sendiri ialah perusahaan tambang bijih besi. Perusahaan semenjak 2011 sudah membangun smelter untuk mengolah bijih besi menjadi Pig Iron. Namun pada 2013 berhenti buatan alasannya harga besi yang anjlok ditambah lagi terkendala listrik. PT SILO memakai pembangkit diesel sebagai sumber energi di smelternya. Ini yang menciptakan produknya menjadi tidak hemat.
Kemudian dilaksanakan penyesuaian dan selama ini tetap dilaksanakan pembuatan tetapi belum hingga ke tahapan pemurnian. Saat ini yang berjalan pengolahan dengan kapasitas 200 ribu ton per jam.
“Saat ini kami hanya melakukan pembuatan dengan menaikan kadar bijih besi dari kadar 47-48 % menjadi 53% fe. Nanti sesudah pasokan listrik dari PLN sudahmasuk, kami akan mengoperasikan line I yang bisa memproduksi pig iron dengan kadar lebih tinggi menjadi 92%,”jelas COO PT SILO Hendri Yulyanto.
Satu line telah siap berproduksi dan kini hanya menanti pasokan listrik dari PLN. SILO juga akan membangun line 2 yang tidak lagi memproduksi sponge iron dengan kadar 75% kandungan besi tetapi sudah menjadi pig iron.