JAKARTA, TAMBANG-Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik pembuatan dan pemurnian (smelter) bijih nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengapresiasi eksistensi smelter dengan kapasitas buatan 1,8 juta ton per tahun ini. Menurutnya, smelter tersebut akan memajukan nilai tambah sampai 14 kali lipat dibandingkan bahan mentah nikel.
“Saya sangat menghargai, mengapresiasi pembangunan smelter oleh PT Gunbuster Nickel Industry. Ini akan memberikan nilai tambah yang tak sedikit. Dari bijih nikel yang dimasak menjadi feronikel ini nilai tambahnya meningkat 14 kali, dan jika dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel akan berkembangnilainya 19 kali lipat,” ujar Jokowi, dikutip dari keterangan resmi, Selasa (28/12).
Pembangunan smelter nikel ini sejalan dengan kesepakatan pemerintah untuk menghentikan ekspor bijih nikel dan mendorong hilirisasi industri. Penghentian ekspor bahan mentah atau raw material mendorong industri dan hilirisasi industri dalam negeri mampu berkembang dengan sangat cepat.
“Tidak ada opsi, yang ingin mengambil/berbelanja materi mentah kita, telah tidak mampu lagi. Artinya, mau tidak mau mesti mendirikan industri di tanah air, sehingga kita tidak ekspor lagi yang namanya materi mentah yang telah berpuluh-puluh tahun kita lakukan tanpa menunjukkan nilai tambah yang besar kepada negara,” ungkapnya.
Jokowi lalu menjelaskan berdasarkan laporan yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, nilai ekspor stainless Indonesia di tahun 2021 akan melompat menjadi kurang lebih 20,8 miliar Dolar AS. Jokowi menganggap hal tersebut merupakan suatu lompatan yang sangat besar.
“Biasanya jika kita ekspor bahan mentah hanya satu atau hingga dua miliar (dolar AS). Ini sebuah lompatan yang sangat besar sekali,” tuturnya.
Tak hanya nikel, pemerintah juga berkomitmen untuk menghentikan ekspor materi mentah produk-produk pertambangan yang lain secara sedikit demi sedikit.
“Tahun depan akhir, saya telah berikan pemanasan apalagi dahulu, setop bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi akan kita setop lagi untuk minerba yang lainnya,” ujar Presiden.
Jaga Iklim Investasi
Dalam peluang tersebut, Presiden juga mengingatkan pemerintah kawasan untuk mampu menjaga iklim investasi biar tetap kondusif supaya nilai tambah yang diharapkan mampu terwujud.
“Saya perlu mengingatkan juga terhadap pemerintah tempat, Pak Gubernur, Pak Bupati, supaya mempertahankan iklim investasi biar aman sehingga benar-benarnilai tambah itu timbul,” ujarnya.
Hilirisasi industri ini tidak cuma menghasilkan pajak bagi negara namun juga mendorong pembukaan lapangan pekerjaan hingga menghadirkan devisa yang tak sedikit.
“Semua rakyat kita, kita ingin semuanya melakukan pekerjaan , tidak cuma melihat materi mentah yang diekspor ke negara lain, tetapi menawarkan nilai tambah lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya terhadap negara kita,” ujarnya.
Selain itu, Jokowi juga meminta pemerintah tempat untuk memastikan para penanam modal dapat melakukan kegiatan perjuangan dengan kondusif sehingga mampu memajukan nilai investasi di abad mendatang.
“Kita harapkan rakyat yang berada di sekeliling industri ini merasakan manfaatnya, baik yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan juga peluang-peluang perjuangan gres bagi perjuangan kecil, perjuangan menengah dan yang lain-yang lain sehingga mengembangkan pertumbuhan ekonomi di provinsi maupun di kabupaten di mana industri ini berada,” pungkasnya.
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi, dan Direktur Utama PT GNI Wisma Bharuna.