Jakarta,TAMBANG, Perusahaan tambang asal Australia Rio Tinto baru saja mengumumkan kinerja kuartal I tahun 2022. Perusahaan ini memiliki beberapa tambang dengan aneka komoditi. Tambang Pilbara, Australia sukses memproduksi 71,7 juta ton bijih besi. Capaian ini lebih rendah dari capaian bikinan kuartal I tahun 2021. Sementara pengapalan di kuartal I tercatat sebesar 71,5 juta ton. Lebih rendah 8% dibanding masa yang serupa tahun 2021.
“Kami memperkirakan volume produksi akan meningkat dan bauran produk yang meningkat di paruh kedua dengan adanya commissioning dan kenaikan kapasitas pabrik di Gudai-Darri, commissioning pada pabrik Robe Valley dan kenaikan kapasitas pada tambang di pit Health. Target pengapalan setahun penuh tidak berubah,”terperinci Chief Executive Rio Tinto Jakob Stausholm
Sementara buatan bauksit tercatat sebesar 13,6 juta ton masih sama dengan capaian kuartal I tahun 2021 dengan gangguan cuaca yang serupa. Kemudian buatan aluminium sebesar 0,7 juta ton lebih atau rendah 8% dari kuartal pertama tahun 2021. Ini terjadi alasannya pengurangan kapasitas di smelter Kitimat di British Columbia sehabis aksi pemogokan yang dimulai pada Juli 2021.
Persiapan sedang dikerjakan di smelter Kitimat untuk memulai kembali secara bertahap pada Juni 2022 dengan produksi sarat dibutuhkan pada final tahun. Semua smelter yang lain terus mempunyai kinerja yang stabil, meskipun ada banyak tantangan terkait dengan absensi karyawan yang tidak direncanakan alasannya COVID-19.
Lalu produksi tembaga tercatat sebesar 125 ribu ton lebih tinggi 4% dari kuartal pertama tahun 2021 sebab perolehan dan kadar yang lebih tinggi di Kennecott. Ini dikarekan kadar yang lebih rendah di Oyu Tolgoi dan bikinan yang lebih rendah di Escondida.
“Pada tanggal 1 April, kami memberitahukan Perjanjian Kerja Bersama untuk lima tahun yang sudah dicapai dengan serikat pekerja yang mewakili sekitar 1.300 karyawan di operasi Kennecott,”demikian dalam siaran pers perusahaan.
Perusahan juga pada 25 Januari sudah mengumumkan adanya komitmen dengan Turquoise Hill Resources dan Pemerintah Mongolia untuk mengembangkan proyek Oyu Tolgoi. Kemudian mengontrol ulang hubungan antara para mitra dan mengembangkan nilai yang diberikan proyek untuk Mongolia. Langkah ini disebut akan membuka bab paling berharga dari tambang, dengan produksi pertama diperlukan pada paruh pertama tahun 2023.
Perusahaan juga sudah membuat proposal yang tidak mengikat terhadap Dewan Turquoise Hill untuk mengakuisisi sekitar 49% saham Turquoise Hill yang diterbitkan dan beredar yang ketika ini tidak dimiliki Rio Tinto. Harga akuisisi yang diusulkan yakni C$34 per saham yang menganggap kepemilikan saham minoritas Turquoise Hill sebesar US$2,7 miliar.
Produksi terak titanium dioksida meraih 273 ribu ton lebih rendah 2% dari kuartal pertama tahun 2021. Ini terjadi alasannya adanya masalah keandalan peralatan di Rio Tinto Fer et Titane (RTFT), Kanada, yang sebagian diimbangi dengan kenaikan terus-menerus di Richards Bay Minerals (RBM) di Afrika Selatan. Perusahaan juga telah menginformasikan pencabutan force majeure pada persetujuan konsumen di RBM, yang telah berlaku semenjak 30 Juni 2021.
Produksi pelet dan konsentrat di Iron Ore Company of Canada (IOC) lebih tinggi 3% dari kuartal pertama tahun 2021. Dijelaskan juga bahwa ada pertumbuhan yang baik pada inisiasi Rio Tinto Safe Production System (RTSPS) di konsentrator.
“Pada kuartal pertama, kami memulai penerapan tujug RTSPS di lima lokasi dengan fokus pada memperbesar kapasitas secara berkelanjutan di seluruh metode Rio Tinto. Kami sudah menyaksikan hasil yang menjanjikan misalnya di West Angelas yang mencapai pemanfaatan efektif terbaik dari produksinya di seluruh bijih besi Pilbara,”tambahnya.
Rio Tinto juga telah menginformasikan penyelesaian akuisisi proyek lithium Rincon senilai $825 juta, sesudah mendapat persetujuan dari Dewan Peninjau Investasi Asing Australia. Rincon adalah proyek lithium besar yang belum dikembangkan yang terletak di Argentina yang merupakan jantung segitiga lithium Amerika Latin.
Perusahaan juga gres saja menjalin kemitraan dan berbagi inisiatif untuk mempercepat dekarbonisasi bisnis dan rantai nilai yang perusahaan operasikan. Ini termasuk komitmen dengan Pemerintah Tasmania untuk tolong-menolong menilik bagaimana pabrik peleburan Bell Bay mampu membantu mendukung pengembangan industri gres, dan dengan Departemen Energi AS yang sudah menyediakan dana untuk tim yang dipimpin Rio Tinto dalam mengeksplorasi potensi penyimpanan karbon di Usaha patungan nikel Tamarack di Minnesota Tengah.
Jakob Stausholm menyampaikan Rio Tinto menciptakan perkembangan penting selama kuartal I tahun ini dengan dimulainya penambangan bawah tanah di Oyu Tolgoi menyusul akad komprehensif yang dicapai dengan Pemerintah Mongolia. Kemudian menyelesaikan akuisisi proyek lithium Rincon di Argentina dan menandatangani komitmen kerangka kerja di proyek bijih besi Simandou di Guinea. Semua proyek ini selaras dengan seni manajemen perusahaan untuk menambang bahan yang penting bagi dunia dekarbonisasi.
“Produksi pada kuartal pertama menantang seperti yang diperkirakan, menekankan kembali keperluan untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Kami meluncurkan lagi penerapan tujuh Sistem Produksi Aman Rio Tinto, menurut pencapaian dari peluncuran sebelumnya. Seiring kami mengembangkan kapasitas bikinan di Gudai-Darri, bisnis bijih besi kami akan memiliki kapasitas produksi yang lebih besar dan diposisikan dengan lebih baik untuk memproduksi suplemen di Pilbara di paruh kedua.