Jakarta,TAMBANG,- Seiring perkembangan dan pertumbuhan teknologi akil balig cukup akal ini, pemanfaatan teknologi cerdas dalam aktivitas operasi pertambangan global akan terus bertambah. Ini disampaikan Zaka L Tarigan,Technical Sales Support PT Phoenix Solusi Indonesia. Ia mengacu pada hasil riset Mordor Intelligece ihwal Global Smart Mining Market perihal pertumbuhan, ekspresi dominan, pengaruh dari covid-19 dan proyeksi tahun 2022 sampai 2027.
“Pasar pertambangan arif (smart mining) bernilai USD9,27 miliar tahun 2021 dan diperkirakn akan mencapai puncaknya tahun 2027 dengan nilai sekitar USD28 miliar. Diperkirakan akan mencatat CAGR sebesar 20,62% dari tahun 2022 hingga 2027,”ungkap Zaka ketika menjadi salah satu pembicara dalam webinar bertajuk Peluang Optimalisasi Teknologi Cerdas Guna Mendukung Produktivitas dan Efisiensi Operasi Pertambangan pada Kamis, (31/3).
Ia menyampaikan bahwa aktivitas penambangan akan melibatkan banyak proses mulai dari alokasi sumber daya perlengkapan kerja seperti ekskavator,dump truk, conveyor, transportasi dan logistik dan banyak lagi. “Untuk memutuskan bahwa seluruhnya berlangsung secara efisien dan tamat lebih cepat dari proses kompleks ini diperlukan tata cara untuk mempersempit dan mengotomatiskannya ,”ungkap Zaka.
Merujuk pada Mordor Intelligence ada beberapa hal yang dilihat seperti sistem kendali, management aset, sistem keselamatan dan pemantauan perangkat lunak. Ada software untuk manajemen data dan beberapa softaware lain seperti terkait pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam mendukung operasional pertambangan.
Zaka melanjutkan penerapan smart mining dalam aktivitas operasional pertambangan terkait dengan aset. Untuk itu ada tiga tipe aset yakni Aset Bergerak dan bermesin seperti alat berat, genset, popa dewatering, loader dan lain. “Kita bisa mendapatkan datanya dari aneka macam macam tata cara seperti dari CANBUS/MODBUS, perangkat pelacak dan sensor yang ada di alat mirip GPS, IoT, perangkat navigasi. Dari sana akan diperoleh informasi berbentukjam kerja, kecepatan, lokasi kerja, operator, gosip terkait sensor, RPM, kondisi bahan bakar, tingkat produktivitas,”jelas Zaka.
Kedua, Aset sumber daya mirip materi bakar dan air yang penting untuk acara operasi pertambangan. Beberapa alat ukur yang dipakai seperti automated tank gauge, flowmeter, sensor volume. Dari sana akan diperoleh informasi berupa volume yang tersedia, volume yang disalurkan dan kualitas serta kesesuaian dengan tolok ukur.
Lalu aset ketiga adalah SDM dimana informasinya diperoleh dari perangkat pelacak, ponsel pintar,suar (Beacon). Informasi yang didapat bisa berupa agenda kerja, lokasi kerja, saluran kepada lokasi lain, kondisi kesehatan dan status kelayakan kerja.
Informasi-gosip dari aset tersebut lalu diteruskan ke terminal komunikasi dengan perangkat telekomunikasi seperti wi-fe,satelit atau perangkat lain ke system pengolahan data dan diteruskan sentra pemantauan operasional. Data-data tersebut akan dimanfaatkan untuk pengerjaan planning kerja, evaluasi kinerja aset, penjadwalan pemeliharan. Juga selaku gosip ketersediaan, evaluasi tingkat konsumsi, evaluasi kualitas dan pencegahan pelanggaran. Kemudian untuk SDM data tersebut mampu dipakai untuk pemantauan efektivitas kerja, perkiraan insentif, tunjangan dan penjaminan keselamatan.
Namun Zaka menyabutkan ada sejumlah hambatan yang dihadapi. Pertama, aktivitas pertambangan lazimnya di daerah terpencil (remote area) yang tidak senantiasa terjangkau jaringan seluler. Jika memakai satelit agak mahal. “Ke depan perlu dicari jalan keluarnya untuk dapatkan menangani kendala ini,”tandasnya.
Kedua, terkait integrasi data dimana dalam suatu operasi tambang tidak menggunakan satu vendor mirip alat berat. Beberapa produsen alat berat seperti Caterpillar dan Komatsu yang merencanakan untuk fleed management namun cuma akan melakukan pekerjaan dialatnya. Namun saat pakai di tipe lain menjadi tidak berfungsi. “Mungkin perlu dicarikan sistem yang mampu digunakan pada semua produk, multi perangkat dan multi brand,”ungkap Zaka.
Kendala yang lain terkait soal pembuatan data yang terhenti cuma sampai pada pemantauan keadaan aset. “Tidak dilanjutkan dengan agresi yang dapat dilaksanakan berdasarkan info yang dimiliki. Hal ini menyebabkan kurangnya nilai yang ditemukan implementasi teknologi yang dapat dipraktekkan,”tandas Zaka.
Sementara Direktur Eksekutif Asosiasi Usaha Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) Bambang Tjhayono menyertakan bahwa ada sejumlah tantangan dalam pemanfaatan teknologi dalam kegiatan operasional pertambangan. Mulai dari jaringan internet yang masih terbatas. Kemudian juga kekurangan -kekurangan lain mirip terkait pemanfaatan kendaraan autonomous. “Pamanfaatan kendaraan autonomus di tambang watu bara tidak mudah alasannya adalah jalan tambang di sebuah pit sering berpindah. Tidak mungkin dalam sepekan atau sebulan mesti pindah jalur,”terangnya.
Demikian juga dengan pemanfaatan kendaraan listrik dalam operasi tambang. Juga akan mengalami problem atau kesulitan dalam mobilitasnya.
Sementara terkait dengan pertambangan arif (smar mining) dalam konteks pertambangan Indonesia, Bambang menyebut sejumlah persoalan. Di pertambangan Indonesia jumlah kendaraan yang dipakai banyak bahkan bisa meraih ratusan. Sementara software yang ditawarkan dari mancanegara sesuai dengan konteks pertambangan di sana yang jumlah kendaraanya tidak banyak, hanya puluhan.
“Aplikasinya cuma cocok untuk beberapa puluh. Ketika di Indonesia alatnya ratusan harus dijalankan penyesuaian, algoritma mesti diubah. Kalau tidak mau mengubah maka tidak akan cocok diterapkan di Indonesia. Ini kesempatan untuk aplikasi yang dikembangkan sendiri oleh jago di Indonesia,”ungkap Bambang.
Bambang juga menyebutkan penggunaan fleet management akan membantu secara khusus dalam mobilitas kendaraan operasional di tambang yang luas secara khusus terkait koordinasi. Bisa dikontrol dari control room. “Dengan adanya alat control yang dipasang di truk, operator bisa mengenali lokasi truk yang mau dioperasikannya. Karena mustahil setiap permulaan operasi, truk berkumpul di satu tempat atau kembali ke pangkalan. Ada penyia-nyiaan waktu dan materi bakar. Tetapi dengan perangkat tersebut di setiap mobil mampu dikenali lokasi truk,”pungkasnya.