Jakarta,TAMBANG, Produksi minyak PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) sekaligus kontraktor kesepakatan kerja sama (KKKS) meraih 82,406 BOPD hingga kuartal III 2019. Capaian ini dibanding kala yang serupa tahun lalu, perusahaan yang melakukan pekerjaan di bawah pengawasan SKK MIGAS mencatat peningkatan 106%. Sepanjang kuartal III tahun 2018, buatan minyak sebesar 77,87 BOPD. Sementara sasaran yang dicanangkan sampai kuartal III tahun ini 82,074 BOPD.
Kenaikan produksi ini disokong realisasi bikinan sumur bor di beberapa lapangan mirip Subang, Jatibarang, Pendopo, Prabumulih, Ramba, dan Jambi.
Direktur Utama PT Pertamina EP (PEP) Nanang Abdul Manaf menyampaikan kenaikan buatan juga ditopang dari kemitraan. Selain tu, acara well intervention dan meningkatkan secara optimal sumur di beberapa field mirip Rantau, Pangkalan Susu, Ramba, Prabumulih, Pendopo, Limau, dan Tambun.
“Untuk bikinan minyak, PEP Asset 5 dan Asset 2 menunjukkan bantuan paling besar, yakni masing-masing 17,82 MBOPD dan 17,68 MBOPD, sedangkan gas, Asset 2 dan Asset 3 menjadi kontributor produksi terbesar, adalah 397,2 MMSCFD dan 259,9 MMSCFD ,” katanya.
Menurut Nanang, untuk meraih target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), dari sisi operasi bikinan, eksplorasi, dan pengembangan, PEP juga melakukan planning kerja yang selalu taat pada faktor HSSE. PEP juga fokus eksekusi acara kerja bor, workover, well intervention, dan WS yang telah direncanakan serta melaksanakan pengawasan secara terintegrasi proses pengadaan (RKS, Tender, Konstruksi, Commissioning), memonitor progres fisik dan ongkos secara berkala .
“Kami juga melaksanakan sinergi antarfungsi selaku dasar eksekusi planning kerja, serta cost effectiveness,” lanjutnya.
Selain itu, lanjut Nanang, untuk mempertahankan laju penurunan alamiah (natural decline) biar tidak turun tajam, PEP melakukan meningkatkan secara optimal bikinan artificial Lift (melakukan meningkatkan secara optimal Frek Up, SPM, SL, mengubah desain kedalaman pompa, dan kapasitas pompa (size up) dengan menggunakan quicklock quadrant mapping. PEP juga melaksanakan penyeleksian dan percepatan pembuatan kandidat sumur dengan skala prioritas (gain buatan tertinggi).
“Kami juga mendahulukan pengerjaan well service sumur yang off dengan bikinan besar sehingga dapat meminimalisir waktu off sumur dan meminimalkan Low & Off sumur akhir urusan surface dan subsurface seperti power plant mati, kebocoran pipa, scale duduk perkara, dan yang yang lain,” katanya.
Nanang juga menegaskan, tahun ini, PEP berupaya mempertahankan empat PROPER Emas yang diraih pada 2018 dengan sejumlah langkah. Monitoring acara unggulan di field-field yang ialah calon emas, melaksanakan konsinyering antarfungsi untuk memastikan kesiapan dari faktor manajemen dan implementasi, hingga meninjau eksklusif secara berkala ke lokasi untuk melakukan evaluasi. Selain itu, PEP juga konsentrasi kepada inovasi dan mendukung penuh pengembangan program yang dapat dilakukan.
Terkait kinerja keuangan, sampai final September 2019, PEP membukukan pendapatan sebesar US$2,2 miliar dan laba higienis US$ US$492,43 juta. Nanang menyebutkan, harga minyak yang lebih rendah dan beban selisih kurs menjadi faktor utama yang membuat kinerja keuangan Pertamina EP terkoreksi. Pada kuartal III 2018, PEP mencatat keuntungan selisih kurs sebesar US$80,99 juta.
“Pendapatan terkoreksi alasannya harga minyak yang pada periode hingga kuartal III 2018 sebesar US$67,95 per barel turun menjadi US$62,01 per barel pada periode yang sama tahun ini,” ungkap Nanang.
PEP juga sudah menyerap Anggaran Biaya Operasi (ABO) sampai kuartal III 2019 sebesar US$840,94 juta yang meliputi operation sendiri US$786,74 juta dan mitra operation US$54,20juta atau 71% dari RKAP 2019 sebesar US$1,176 miliar.
Untuk peresapan Anggaran Biaya Investasi, hingga selesai September 2019 sebesar US$405,84 juta atau sebesar 74% dari RKAP 2019 sebesar US$557,40 juta.