Jakarta,TAMBANG,- Pertamina NRE dan Perhutani bersinergi demi mempercepat sasaran net zero emission tahun 2060. Sinergi ini dilakukan dalam bentuk upaya absorpsi dan pencegahanpelepasan emisi karbon dari pohon-pohon di area hutan yang dikontrol Perhutani Group.
Akhir tahun 2021 lalu Pertamina, Perhutani, dan PTPN sudah menandatangani nota kesepahaman ihwal Dekarbonisasi BUMN. Tindak lanjut dari nota kesepahaman tersebut, dikala ini Pertamina dan Perhutani tengah melaksanakan tahapan solusi pre-feasibility study untuk proyek nature-based solution (NBS). Hal ini juga sejalan dengan aba-aba dari Kementerian BUMN untuk program dekarbonisasi BUMN sektor industri. Ini dilakukan guna meraih sasaran Nationally Determined Contribution pada tahun2030 yang disampaikan dalam gelaran COP26.
Di salah satu kesempatan, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury menyampaikan, “PTPN dan Perhutani mampu mendukung acara penghematan emisi melalui Nature-based climate solution dan bekerja sama dengan BUMN industri yangmenghasilkan emisi mirip Pertamina dan PLN untuk mendukung pencapaian target menuju net-zero emission.
“Pertamina NRE sangat menyambut baik sinergi BUMN ini. Pertamina NRE memiliki kompetensi dan resource yang mumpuni untuk melakukan penghitungan perembesan karbon. Sinergi ini bagian dari proyek nature-based solution Pertamina NRE, sebuah voluntary solution untuk menghambat perubahan iklim dan menawarkan imbas signifikan bagi terwujudnya keberlanjutan melalui pengelolaan tempat hutan dan ekosistem di sekeliling tempat hutan. Hal ini selaras dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission tahun 2060,” ujar CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro.
Sementara Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro memberikan selaku BUMN bidang Kehutanan, Perhutani group mendukung pemerintah dan berperan untuk meminimalisir emisi karbon di kawasan hutan Indonesia. “Kehutanan dan pertanian, selain sektor energi dan transportasi merupakan sektor prioritas dalamprogram dekarbonisasi,” ujar Wahyu.
Saat ini sudah teridentifikasi sebanyak 3 calon lokasi NBS di kawasan Perhutani group menurut high level feasibility study yang dilakukan berdasarkan luasan dan lokasi, vegetasi, animo deforestasi selama 20 tahun terakhir, contoh penggunaan lahan dikala ini, dan faktor lain mencakup ekonomi serta teknis maupun non teknisnya. Terhadap ketiga kandidat lokasi dimaksud study dan feasibility study untuk mengetahui kelayakan proyek NBS dimaksud.
Dalam aspirasi jangka panjangnya, Pertamina NRE memiliki 3 pilar strategis, yakni low carbonsolution, pengembangan energi gres dan terbarukan, serta pengembangan bisnis era depan disektor energi. Di dalam pilar low carbon solution terdapat inisiatif dekarbonisasi yang salah satunya melalui NBS. Project ini merupakan project jangka menengah di mana harus melalui beberapa tahapan, termasuk di antaranya sertifikasi penurunan emisi karbon yang terstandarisasi secara global.
Sertifikasi ini dikeluarkan oleh lembaga internasional yang menciptakan patokan penghitungan emisi, seperti Verra dan Gold Standard. Saat ini Pertamina NRE bersinergi dengan Perhutani tengah melakukan pre-feasibility study. Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, posisi strategis ini menimbulkan Indonesiaberpotensi menjadi salah satu penyuplai forestry-based NBS carbon credit terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan hutan di Indonesiamencapai lebih dari 51 persen dari total luas area Indonesia. Hutan di Indonesia yakni hutantropis di mana karakteristik tumbuhan di hutan jenis ini terus hijau sepanjang tahun dan relatiftidak tergantung musim. Hal ini kian mendukung daya peresapan CO2.
Dengan visi untuk memimpin transisi energi Pertamina, dekarbonisasi nasional serta menjadigreen energy champion di Indonesia dan selaku perusahaan yang mengedepankan implementasiESG dalam pengelolaan bisnisnya, Pertamina NRE sangat berkomitmen untuk Bersama denganpemerintah merealisasikan net zero emission pada tahun 2060.