Jakarta,TAMBANG,-Pertamina kembali mencetak milestone baru dalam industri aviasi nasional lewat buatan ‘Bioavtur J2.4’. Ini suatu penemuan energi bersih berbasis materi bakar nabati untuk moda transportasi udara. Uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235 FTB menjadi penanda kelebihan materi bakar nabati yang diproduksi Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap tersebut.
Sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 ‘Energi Bersih dan Terjangkau’, Bioavtur J2-4 buatan Pertamina berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Tak hanya SDGs, di level nasional pengembangan Bioavtur juga selaras dengan sasaran Indonesia melalui Kementerian ESDM dalam mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% tahun 2025 sesuai Kebijakan Energi Nasional.
Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Ifki Sukarya memastikan bahwa melalui tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti memberikan performa yang setara dengan materi bakar avtur fosil.
“Sejak tahun 2014, Pertamina sudah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur lewat Unit Kilang Dumai dan Cilacap. Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya cuma 0.2 – 0.6% dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2.4%, ini ialah pencapaian optimal dengan teknologi katalis yang ada,” terperinci Ifki.
Kontribusi Pertamina dalam mengembangkan Bioavtur J2.4 dilaksanakan terpadu sejak tahun 2014 yang mencakup dua tahap penting. Tahap permulaan pengembangan tersebut diatur oleh PT Kilang Pertamina Internasional unit Dumai lewat Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Tahap pertama ditandai dengan proses ‘Hydrodecarboxylation’, dimana sasaran awal kami yakni produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.
Sementara, tahap ke-2 ditandai dengan proses ‘Hydrodeoxygenation’, dimana Pertamina telah sukses memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien,’ terperinci Ifki Sukarya. Puncaknya, tahun 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati ialah Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
RBDPO yakni minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menetralisir asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan wangi. Tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product tergolong green diesel dan bioavtur.
Ifki Sukarya memastikan, Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap didapuk memiliki kapasitas teknis untuk berbagi BioAvtur nasional. Hal tersebut tak lepas dari portfolio bisnis unit kilang Cilacap yang ialah produsen BBM jenis Aviaton Turbine paling besar di Indonesia dengan angka bikinan tertinggi 1.852 ribu barel sepanjang tahun 2020. Di Unit Kilang Cilacap, pengembangan Bioavtur dijalankan di dalam Treated Distillate Hydro Treating (TDHT). Katalis merah putih untuk Bioavtur diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang Catalyst di Cikampek dengan supervisi pribadi dari team RTI (Research Technology and Innovation) Pertamina.
“Melalui Unit Kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti kelapa sawit atau atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan avtur fosil,” terperinci Ifki Sukarya. ‘Kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapat 8 ribu barrel per hari dan akan terus ditingkatkan dengan menyaksikan kebutuhan pasar, mulai 2023 nanti,” ujar Ifki Sukarya.
Sinergi pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina turut melibatkan peran penting stakeholders tergolong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Institut Teknologi Bandung. Pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina selaras dengan roadmap energi bersih Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2015 terkait pencampuran bahan bakar nabati hingga 5 % pada tahun 2025, tergolong untuk moda transportasi udara.
Dengan tunjangan pendanaan dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang diberikan kepada Tim Uji Bioavtur ITB serta perlindungan sarana pengetesan dan engine dari Garuda Maintenance Facilities (GMF), 5 kali uji kinerja Bioavtur dalam engine test cell sukses dilakukan dalam 2 abad pengujian. Dengan tetap dikoordinasi oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, stakeholder yang lain bergabung dalam tim adalah PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang memberikan uji terbang memakai pesawat CN 235 FTB.
Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) selaku pemberi izin uji terbang, serta Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU)-Kemenhub selaku pihak yang memegang otoritas untuk penggunaan bioavtur pada pesawat komersial juga memberikan dukungannya.
Pengembangan Bioavtur J2.4 yang diatur oleh Kilang Pertamina Internasional melalui unit Dumai dan Cilacap merupakan santunan dari roadmap Environment, Social dan Government (ESG) yang merupakan pilar bisnis perusahaan. Ifki menambahkan, untuk mencapai misi ESG, seluruh unit di bawah pengelolaan PT Kilang Pertamina Internasional sudah merintis integrasi Green Refinery dalam proses usahanya.
Upaya pengembangan energi dan produk hijau di lingkungan kilang Pertamina meliputi Green Diesel, Green Avtur dan Green Gasoline. “Pengembangan energi bersih ialah bab strategic initiatives Kilang Pertamina Internasional untuk mencapai visi world class refining & petrochemical tahun 2027,” pungkas Ifki Sukarya.