Jakarta,TAMBANG,-Sunseap Group sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan aneka macam mitra setempat dan internasional. Kerjasama ini terkait upaya mengeksplorasi dan membuatkan kapasitas gabungan 7 gigawatt-peak (GWp) tata cara tenaga surya di sekeliling Kepulauan Riau termasuk yang sebelumnya menginformasikan PV surya terapung 2.2GWp di Duriangkang, Batam.
Kapasitas gabungan tata cara tenaga surya 7 gigawatt-peak (GWp) yaitu salah satu proyek energi higienis interkoneksi lintas batas paling besar di Asia Tenggara dan akan menolong Singapura dan Indonesia menyanggupi tujuan energi hijau.
Beberapa pihak yang menandatangani MoU tersebut yaitu PT Mustika Combol Indah, PT Agung Sedayu, Sumitomo Corporation, Samsung C&T Corporation, Oriens Asset Management dan Durapower Group.
Beberapa pulau di Kepulauan Riau yang sedang diperhitungkan untuk proyek tersebut antara lain Citlim dan Combol. Rencananya dari lokasi tersebut akan disalurkan energi rendah karbon ke Singapura lewat kabel listrik bawah bahari.
Ketika akhir, proyek ini yang terdiri dari beberapa tata cara fotovoltaik surya (PV) skala besar dan akomodasi penyimpanan energi di seluruh Kepulauan Riau, akan mempunyai kapasitas campuran fotovoltaik surya (PV) sebesar 7 GWp. Ditambah dengan beberapa tata cara penyimpanan energi dengan total lebih dari 12GWhr. Tujuannya untuk menyediakan 1 GigaWatt (GW) energi bersih rendah karbon non-intermiten untuk Singapura dan Indonesia.
Dengan menghubungkan sistem PV surya dari aneka macam pulau, konsorsium mampu mencapai skala ekonomi dan dengan demikian lebih memaksimalkan kapasitas kabel bawah maritim baru ke Singapura. Hal ini akan membantu menurunkan ongkos transmisi, sehingga meminimalisir biaya impor listrik rendah karbon ke Singapura. Pada balasannya menciptakan listrik rendah karbon yang lebih terjangkau bagi konsumen di Singapura.
Konsorsium tersebut bertujuan untuk menselaraskan kebijakan impor listrik rendah karbon Singapura dengan kapasitas sebesar 1,2 GW pada tahun 2027. Lalu kemudian pemanis 2,8 GW lainnya pada tahun 2035 mirip yang telah disampaikan Menteri Perdagangan dan Industri (Singapura) Gan Kim Yong. Ini membawa total kebutuhan impor listrik rendah karbon ke Singapura menjadi 4 GW dan akan diluncurkan oleh Energy Market Authority (EMA) dalam 2 undangan usulan (RFP) terpisah. Konsorsium tersebut bertujuan untuk menjadi salah satu pihak yang membantu memenuhi 20-25% dari 4 GW impor listrik rendah karbon ke Singapura.
Frank Phuan, Co-Founder dan Chief Executive Officer Sunseap mengatakan ini akan menjadi salah satu proyek energi higienis yang terpenting bagi Singapura dan Indonesia. Dengan menghubungkan banyak sekali pulau surya untuk akhirnya membuat metode 7GWp, pihaknya dapat lebih mengoptimalkan kabel bawah maritim, yang mengarah pada penghematan ongkos transmisi dan karenanya menghadirkan energi higienis rendah karbon yang lebih terjangkau bagi siapa pun di Singapura dan Indonesia.
“Melalui pengaturan ini, kapasitas pembangkit adonan akan dapat menciptakan dan mengantarkan 1 GW energi higienis non-intermiten untuk Singapura dan Indonesia. Menjadikan Singapura dan Batam selaku gerbang dan hub energi higienis di ASEAN dan membuka jalan menuju ASEAN Green Jaringan listrik,”terang Frank.
Durapower, salah satu mitra, yakni pemimpin global dalam penyimpanan baterai dan dibutuhkan berkontribusi dan membantu membangun banyak akomodasi penyimpanan energi yang diperlukan untuk menciptakan listrik rendah karbon 1 GW non-intermiten di Singapura.
Kapasitas pembangkitan energi higienis sebesar 7GWp ini juga akan dibangun melalui aneka macam tahap komisioning dan operasional untuk mempromosikan pendekatan bertahap kepada injeksi energi higienis. Kepulauan Riau berikutnya akan dapat mendukung dan mengawali berbagai inisiatif hijau pada industri seperti pusat data dan produksi elektro nol-karbon.
Sunseap juga menjajaki lebih banyak daerah di sekeliling Kepulauan Riau untuk meningkatkan kapasitas keseluruhan dan lebih mengoptimalkan kapasitas yang diputuskan dari kabel bawah laut.