Jakarta, TAMBANG – Pemerintah akan memaksimalkan target bikinan batu bara di 2020 jadi 550 juta ton. Hal ini sebab realisasi produksi watu bara yang jauh di atas target pada 2019.
Di tahun 2019, Kementerian ESDM hanya menargetkan produksi 489 juta ton. Namun, realisasinya meraih 610 juta ton.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan pemerintah akan memperketat penjualan batu bara dengan memutuskan peningkatan pengawasan melalui MOMS (Minerba Online Monitoring System).
“Tentunya dengan lakukan pengawasan, tadi dengan mengintegrasikan pengawasan lewat MOMS (Minerba Online Monitoring System), alasannya RKAB akan tercatat di MOMS, sehingga perusahaan akan jual ekspor lebih RKAB akan terpotong,” jelas Bambang dalam paparan capaian kinerja 2019 di Gedung ESDM, Kamis (09/1/2020).
Sedangkan untuk Domestic Market Obligation (DMO) ditarget sebanyak 155 juta ton. Menurut Bambang realisasi DMO pada tahun 2019 bisa melampaui sasaran.
Di 2019 pemanfaatan batubara domestik mencapai 138 juta ton. Lebih tinggi dari sasaran DMO tahun kemudian yang berada di angka 128 juta ton. Menurutnya pencapaian tersebut terjadi karena kebutuhan batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terus meningkat.
“Karena percepatan pembangunan PLTU DMO juga meningkat,” lanjut Bambang.
Selain itu, Bambang menerangkan faktor lain yang menciptakan DMO melampaui target alasannya adalah tren pergerakan Harga Batubara Acuan (HBA) yang melemah. Pada tahun kemudian, HBA sekitar USD 70 per ton. Harga itu tak jauh beda dari harga kriteria batubara untuk kelistrikan yang ditetapkan sebesar USD 70 per ton.
“Makara pasar domestik malah lebih menawan dibandingkan dengan luar (ekspor). Yang kami khawatirkan kalau di atas USD 70 lebih memilih ekspor,” terang Bambang.
Seperti dikenali rata-rata HBA dari Januari-Desember 2019 cuma mencapai USD 77,89 per ton, lebih kecil dibanding rata-rata HBA 2018 yang mencapai USD 98,96 per ton.