Jakarta,TAMBANG,-Tim Kelompok Kerja (Pokja ) Grand Strategy Komoditas Minerba (GSKM) mendatangi salah satu produsen baja nasional, PT Krakatau Steel (PT KS). Kunjungan ini selaku upaya mendampat masukan dari industri hilir terkait industri hulu secara khusus komoditi besi baja sebagai salah satu bahan baku industri baja.
Dedy Supriyanto, selaku Koordinator Pokja Rencana Induk Komoditas Minerba (GSKM) menyampaikan kunjungan tersebut selaku upaya mengharmonisasi antara rantai nilai industri hulu dan hilir. “Kalau dilihat industri baja di sisi hilir sudah mapan. Namun di hulu dalam hal ini kooditi besi terdeteksi belum sepenuhnya mendukung dari sisi pasokan bahan baku. Sehingga dikala ini produsen tembaga seperti PT Krakatau Steel masih mesti mengimpor materi baku,”terperinci Dedy.
Oleh karenanya dalam kunjungan ini Tim GSKM ingin mendapat citra yang lebih utuh dari sisi hilir sampai ke hulu. “Kemudian menyaksikan apa saja tantangan yang dihadapi dan merumuskan penyelesaian. Misalnya di sisi hulu apa saja yang mesti dikerjakan biar potensi besi dalam negeri mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung industri baja nasional,”tandas Dedy.
Dedi menegaskan bahwa mengimpor materi baku semestinya tidak menjadi duduk perkara sebab akan diolah menjadi produk dengan nilai yang lebih tinggi lagi. Namun akan lebih baik juga bila bahan baku yang ada di negeri termanfaatkan alasannya adalah potensinya cukup besar meski ada tantangan-tantangan dalam pemanfaatannya. Tetapi kalau mampu dimanfaatkan tentu akan menolong perusahaan pemegang IUP besi bisa untuk berproduksi,”ungkap Dedy.
Pihak PT Krakatau Steel (KS) menyambut baik kunjungan ini. Hal ini disampaikan General Manager of Research and Technology PT Krakatau Steel, Widi Hastawa dalam sambutan pembukaan. Secara sepintas Ia memberi gambaran wacana PT KS diantaranya terkait bahan baku yang masih diimpor. Ini menciptakan beberapa pihak menyebutkan bahwa industri baja nasional belum mandiri.
“Harusnya impor materi baku tidak menjadi problem karena akan diolah di dalam negeri dan menciptakan produk yang bernilai lebih tinggi,”jelas Widi.
Pihaknya menyambut baik langkah Kementerian ESDM dalam hal ini Tim Pokja GSKM yang telah merumuskan grand strategy komoditas minerba. “Semoga ini bisa menjadi pedoman untuk pengembangan-pengembangan berikutnya,” terang Widi.
Dalam diskusi ini mengemuka ada beberapa hal terkait pasokan bahan baku dalam negeri. Diantaranya terkait mutu baik bijih besi maupun kapur yang kadang belum memenuhi kriteria pabrik. Kemudian juga dari segi kepastian pasokan yang tidak dapat dipenuhi pebisnis dalam negeri. “Hal pertama yaitu kontinuitas pasokan materi baku. Itu salah satu syarat utama yang dibutuhkan industri. Selama ini produsen dalam negeri belum bisa memenuhi patokan tersebut. Belum lagi dari sisi harga seperti bijih besi yang tepat pengalaman selama ini malah lebih hemat biaya diimpor dari Australia,”terang Widi.
Hal lain yang juga disampaikan terkait pengembangan teknologi untuk penggunaan materi baku lokal berupa pasih besi, bijih besi laterit, batu bara setempat demi memajukan kemandirian nasional dari faktor rantai pasok materi baku dan energi utama.
Ini tentu menjadi masukan yang sungguh mempunyai arti bagi Tim Pokja GSKM dan juga Ditjen Minerba dalam memastikan pasokan bahan baku secara khusus untuk industri baja nasional.
Tim GSKM juga berkesempatan mengunjungi beberapa pabrik milik PT KS seperti Hot Strip Mill 2 yang sementara waktu lalu didirikan oleh Presiden Joko Widodo.