Jakarta, TAMBANG – Pemerintah mendorong pengembangan energi panas bumi untuk mengembangkan rasio elektrifikasi di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Direktur Panas Bumi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Harris Yahya, Flores memiliki potensi geothermal yang besar, dengan sumber daya sekitar 527 megawatt dan cadangan sebesar 402 megawatt.

“Flores salah satu pulau di Provinsi NTT yang punya potensi geothermal  menjanjikan. Ke depan, kebutuhan listrik di Flores akan meningkat, baik skala rumah tangga maupun keperluan lain seperti pariwisata,” tutur Harris dikala dalam webinar bertajuk Flores Geothermal Island, Rabu (22/9).

Di tengah dorongan transisi energi, sambung Harris, panas bumi mampu menjadi salah satu opsi untuk mengakselerasi komposisi sumber energi gres dan terbarukan di Indonesia.

Sejak tahun 2017, Pemerintah memutuskan Flores sebagai pulau panas bumi atau Geothermal Island, lewat Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268. Tujuannya untuk melakukan pemerataan pembangunan dalam rangka kemandirian dan ketahanan energi.

“Pengembangan potensi geothermal di Flores akan membantu mengembangkan rasio elektrifikasi yang ketika ini masih rendah.  Kelistrikan Flores interkoneksi mempunyai daya mampu 96,5 megawatt dengan beban puncak 71 megawatt dan cadangan daya 25,3 megawatt,” ungkap Harris.

Saat ini, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang sudah beroperasi di Flores berkapasitas 4×2,5 megawaat, tetapi baru melakukan pekerjaan sebesar 7,5 megawatt alasannya kekurangan uap. Sedangkan PLTP Mataloko dengan kapasitas 1×2,5 megawatt, dikenali tidak beroperasi sebab tidak mengeluarkan uap.

Di luar itu, ada PLTP Sokoria dengan kapasitas 5 megawatt yang sedang dalam proses konstruksi, dan dua lokasi yang tengah dieksplorasi oleh Badan Geologi Kementerian ESDM lewat program penugasan government drilling, adalah PLTP Nage dan Wae Sano.

Sementara itu, Kepala Dinas ESDM Provinsi NTT, Jusuf Adoe menyampaikan, penetapan Flores Geothermal Island terbukti bisa memperkuat upaya berbagi potensi panas bumi di Flores.

“Kami Pemerintah Provinsi NTT sungguh mendukung pengembangan energi higienis yang ada di kawasan kami,” tandasnya.

Ia mengakui, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang harus tertuntaskan, termasuk soal sosialisasi dan edukasi kepada penduduk lokal yang bersentuhan dengan wilayah operasi panas bumi.

“Kita mesti bisa menjelaskan secara teknis dan sosial bagaimana pengembangan geothermal sehingga masyarakat tidak mendapatkan info yang setengah-setengah dan mengakibatkan pro-kesepakatan,” tegas Yusuf.

Pada potensi yang serupa, Direktur Utama PT PLN Gas dan Geothermal (PLN GG), Muhamad Riza Affandi menerangkan, pihaknya sedang menggarap 11 wilayah kerja geothermal di Indonesia, dua di antaranya berada di Flores, yaitu PLTP Ulumbu dan PLTP Mataloko yang telah beroperasi. Sementara sisanya masih tahap eksplorasi. 

Untuk PLTP Mataloko, PLN GG sedang melaksanakan peningkatan kapasitas. Jika berhasil, perluasan kapasitas akan juga merambah ke PLTP Ulumbu.

“Ini sungguh penting bagaimana kita mengarah ke demand driven untuk melayani keperluan konsumen termasuk perkembangan industri di sana. Bakal ada komplemen kapasitas juga di PLTP Ulumbu jikalau ini mampu berlangsung,” jelas Riza.

PLN GG melaksanakan eksplorasi berupa survei geofisika untuk penambangan kapasitas tersebut. Kata Riza, pihaknya mengakali kendala kelemahan sumur di Mataloko dengan melakukan pengeboran baru.

Untuk dikenali, PLTP Ulumbu  dibangun dengan kapasitas 4×2,5 megawaat. Rencananya, kapasitas akan dikembangkan menjadi 2×20 megawatt, dan mulai commercial operation date pada tahun 2027. 

“Pengembangan PLTP Ulumbu akan menawarkan kesempatan nyata bagi tata cara ketenagalistrikan di Pulau Flores secara lazim, dan penduduk lokal secara khusus,” ujar Riza.

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Geo Dipa Energi Riki Firmanda Ibrahim memastikan, pihaknya terlibat dalam penugasan goverment drilling tersebut, yang bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan Bank Dunia. 

“Program ini merupakan insentif pemerintah dalam pengembangan geothermal” bebernya.

Saat ini, Geo Dipa dan SMI ditunjuk  melakukan eksplorasi di sejumlah lokasi di Flores, yang mencakup wilayah kerja Wae Sano, Jailolo, Nage dan Bittuang.

“Proyek Wae Sano, Kabupaten Manggarai Barat mempunyai peran sungguh penting karena ini menjadi barometer sebagai proyek pertama,” ungkap Riki. 

Selain menyebarkan panas bumi, sambung Riki, Geo Dipa juga ingin membangun Wae Sano selaku kota pariwisata yang higienis dan ramah lingkungan.

Kemudian, dengan adanya pengembangan panas bumi tersebut, Pemerintah Daerah akan mendapatkan bonus bikinan sebesar 0,5 persen, dan  masyarakat akan didorong lewat acara corporate social responsibility (CSR). 

Butuh Bantuan Atau Pertanyaan?

Achmad Hino siap membantu Anda dengan memberikan pelayanan dan penawaran terbaik.

WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Halo, Ada Yang Bisa Dibantu?