Tapanuli Selatan, TAMBANG – Perusahaan tambang emas PT Agincourt Resources mematok sasaran produksi emas tahun ini sebesar 400.000 ounce. Angka tersebut terbilang cukup tinggi, walaupun jikalau dibanding capaian 2018 masih lebih rendah. Perusahaan yang secara umum dikuasai sahamnya dikuasai PT Danusa Tambang Nusantara ini, tahun kemudian memproduksi 412.000 ounce emas.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Muliady Sutio dikala berdialog dengan editor media nasional di Batang Toru, Tapanuli Selatan (20/8).
Menurutnya, faktor penentu naik turunnya volume buatan yakni besaran kandungan emas dalam bijih yang ditambang, serta kapasitas produksi bijih.
Muliadi menyebutkan, bahwa kapasitas pengolahan bijih tahun ini masih sama mirip tahun kemudian. Akan tetapi kadar emas yang ada dalam bijih itu, lebih rendah. Sehingga menjadikan volume buatan emas menurun.
“Tahun ini sasaran buatan kami sekitar 400.000 ounce emas. Volumenya sangat dipengaruhi oleh kadar bijih yang ditambang,” tuturnya dikala ditemui di kompleks tambang emas Martabe, Tapanuli Selatan.
Kalau dilihat dari kapasitas bijih yang diolah, jumlahnya terus mengalami peningkatan setiap tahun. Sepanjang 2018, bijih yang dimasak itu tercatat meraih 5,51 juta ton.
Demikian pula buatan dan penjualan emas, jumlahnya terus meningkat. Puncaknya terjadi pada tahun lalu yang mengalami peningkatan sebesar 17,04 persen ketimbang tahun 2017 sebanyak 352.000 ounce.
Sementara itu, angka bikinan perak tercatat meraih 3,31 juta ounce.
Terus Galakan Eksplorasi
Berdasarkan data di tahun 2018, usia tambang Emas Martabe akan bertahan sampai 16 tahun mendatang. Tapi, hitungan tersebut bergantung pada acara eksplorasi yang memungkinkan adanya penemuan cadangan baru, sehingga usianya pun masih bisa bertambah.
Oleh kesudahannya PT Agincourt Resources, terus mendorong aktivitas eksplorasi. Untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan mengalokasikan dana sebesar USD 25 juta. Angka ini setara dengan Rp 350 miliar (kurs Rp 14.000).
“Dana eksplorasi untuk sepanjang tahun (2019) dan penggunaannya sejauh ini sudah sesuai planning,” jelas Wapres Direktur dan CEO PT Agincourt Resources, Tim Duffy.
Menurutnya, perusahaan di tahun ini akan melakukan eksplorasi lanjutan di lokasi yang berlainan untuk menemukan cadangan emas gres.
Adapun jumlah cadangan mineral Martabe per simpulan Desember 2018, diperkirakan mencapai 8,1 juta oz emas dan 69 juta oz perak.
Cadangan tersebut tersebar di enam area deposit. Namun dari enam area tersebut gres tiga yang sudah berproduksi yakni Purnama Pit, Ramba Joring Pit dan Barani Pit. Tiga yang lain yang belum berproduksi di antaranya Uluala Hulu, Tor Uluala dan Tor Uluala West.
Dari cadangan yang ada, Tim Duffy memperkirakan umur deposit tambang emas Martabe meraih 15 hingga 16 tahun.
“Sehingga acara eksplorasi lanjutan yang cukup bergairah dibutuhkan untuk memperpanjang umur deposit tambang Martabe,” katanya.
Selain memperpanjang umur cadangan, menurut Tim Duffy, pihaknya juga berupaya untuk mengembangkan efisiensi pengoperasian tambang emas Martabe.
Perseroan menargetkan ongkos produksi bisa ditekan hingga di bawah USD 600 per oz.
Peningkatan sasaran bikinan diharapkan mampu meningkatkan pemasukan perusahaan. Apalagi saat ini harga emas dunia memperlihatkan tren kenaikan.
“Kenaikan harga emas memang memperlihatkan harapan konkret bagi perusahaan. Namun kami tetap konsentrasi saja untuk terus memajukan produktivitas dan efisiensi,” katanya.
PT Agincourt Resources ialah pengelola Tambang Emas Martabe, yang 95 persen sahamnya dikuasai oleh PT Danusa Tambang Nusantara, sedangkan sisanya 5 persen dipegang oleh BUMD milik pemda adalah PT ANA. Danusa ialah perusahaan grup Astra International lewat kepemilikan PT United Tractors dan PT Pamapersada Nusantara masing-masing 60 persen dan 40 persen.
